Rangkuman kabar Rabu (17/11) mengurai berbagai isu yang sedang hangat diperbincangkan. Di antaranya, kenaikan upah minimum tahun depan yang menuai kontroversi dan ancaman gagal bayar negara adikuasa.
Yuk simak selengkapnya!
Pemerintah telah menetapkan rata-rata kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tahun depan sebesar 1,09%. Kenaikan tersebut lebih tinggi ketimbang rata-rata kenaikan tahun ini 0,46%, namun jauh lebih kecil dibandingkan rata-rata kenaikan tahunan yakni 8-9%.
Kenaikan UMP yang mini ini menuai protes sejumlah serikat buruh di berbagai daerah yang merasa terhimpit oleh peningkatan tarif pajak yang rencananya akan berlaku tahun depan. Apalagi, nilai kenaikan tersebut lebih rendah ketimbang tingkat inflasi. Adapun inflasi tahunan Indonesia pada Oktober lalu mencapai 1,66% secara tahunan.
Kenaikan upah minimum yang berada di bawah level inflasi menggerus nilai riil dari upah yang diterima buruh. Hal ini akan mempengaruhi daya beli masyarakat, yang nantinya berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Dampak konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi diprediksi kian melemah tahun depan seiring rencana intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan.
Namun disisi lain, kenaikan upah yang kecil akan membantu pengusaha untuk bangkit pasca diterjang pandemi. Sebab, mereka tak perlu menambah beban upah di tahun depan.
Pendanaan perusahaan rintisan finansial teknologi di bidang cryptocurrency di Indonesia menduduki posisi lima besar di ASEAN dengan porsi pendanaan hampir mengalahkan perusahaan teknologi finansial pinjam-meminjam (lending).
Berdasarkan laporan yang dihimpun UoB, PwC Singapura dan Singapore Fintech Assosiation (SFA), pendanaan fintech kripto di ASEAN mencapai US$356 juta atau tumbuh 424% secara year to date (ytd). Indonesia sendiri berkontribusi 8% dari total pendanaan ini.
Besarnya posisi pendaaan fintech kripto di Indonesia mencerminkan permintaan dan minat masyarakat yang tinggi terhadap aset kripto. Dengan demikian, maka masyarakat Indonesia sejatinya sudah semakin siap dalam mengadopsi kripto sebagai salah satu portofolio investasi mereka.
Baca juga: Rangkuman Kabar: APBN Makin ‘Strong’, AS dan China Mau ‘Get Along’?
Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat melaporkan bahwa penjualan ritel AS bertumbuh 1,7% pada Oktober, lebih tinggi dari ekspektasi 1,4%. Kenaikan ini disebabkan oleh sikap warga AS yang sudah kebelet belanja untuk hari Thanksgiving dari jauh-jauh hari sebagai sikap berjaga-jaga bahwa suplai barang dan jasa akan mengetat.
Hanya saja, permintaan masyarakat yang tersebut bikin analis khawatir bahwa inflasi AS akan meradang.
Kenaikan penjualan retail mengindikasikan kenaikan konsumsi masyarakat, sehingga hal itu diharapkan bisa menopang pertumbuhan ekonomi AS di kuartal IV.
Hanya saja, pertumbuhan konsumsi pun dibayangi oleh ancaman inflasi. Jika itu terjadi, maka bank sentral AS bakal siap-siap menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat dari jadwal seharusnya.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen kembali bersurat kepada dewan legislatif AS untuk menaikkan batas pinjaman pemerintah AS. Jika permintaannya tidak diamini, Yellen mewanti-wanti bahwa pemerintah AS tak akan memiliki dana lagi untuk membiayai aktivitas pemerintahannya.
Mantan petinggi Federal Reserve itu juga meminta agar dana senilai US$118 miliar untuk perwalian jalan raya, yang merupakan bagian dari dana infrastruktur US$1 triliun yang baru disahkan kemarin, langsung ditransfer dalam waktu satu bulan. Sayangnya, hal itu tidak dapat dieksekusi tanpa menaikkan batas atas utang pemerintah yakni US$28,88 triliun.
Menurut laporan Departemen Keuangan AS, pemerintah saat ini hanya memiliki sisa ruang US$25 juta dari batas atas utang. Alhasil, pemerintah AS bergantung sepenuhnya pada penerimaan perpajakan dan dana darurat senilai US$212 miliar. Jika kondisi ini terus berlanjut, dapat dipastikan pemerintah AS akan mengalami default.
Ancaman default yang terus membayangi Amerika Serikat membuat dinamika global semakin tidak menentu. Jika pemerintah AS mengalami default, akan terjadi efek yang belum dapat diukur pasti terhadap perekonomian dunia mengingat ini adalah kejadian pertama kalinya.
Selain itu, default akan mengancam pertumbuhan ekonomi AS lantaran belanja pemerintah adalah salah satu dari empat komponen utama pembentuk pertumbuhan ekonomi.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Bisnis Indonesia, Kontan, Reuters, Crypto Daily
Bagikan artikel ini