Rangkuman kabar Selasa (11/1) mengulas perkembangan domestik dan mancanegara, di antaranya skema pembelian batubara yang berpotensi membebani keuangan negara.
Pemerintah berniat untuk meminta PT PLN (Persero) untuk membeli harga batu bara demi pembangkitnya sesuai dengan harga pasar. Dengan demikian, maka harga beli batu bara PLN bakal tidak lagi dipatok sebesar US$70 per ton.
Alhasil, ada kemungkinan PLN bakal membeli batu bara untuk pembangkit dengan harga yang lebih mahal jika harga komoditas energi itu sedang menanjak. Nah, untuk membantu beban pembelian batu bara PLN, pemerintah juga akan menyiapkan Badan Layanan Umum (BLU) untuk mesubsidi biaya pembelian batu bara perusahaan pelat merah tersebut.
Nantinya, BLU ini akan mesubsidi selisih harga pasar pembelian batu bara dengan harga dipatok yakni US$70 per ton. Badan tersebut nantinya akan beroperasi di bawah Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) dan Kementerian Keuangan.
Namun, pemerintah akan melakukan pertemuan lebih lanjut guna membahas secara komprehensif terkait hal ini.
Skema pembelian mengikuti harga pasar dengan selisih ditanggung negara berpotensi membebani keuangan negara untuk subsidi energi. Pada gilirannya, skema ini juga berpotensi mempengaruhi harga jual listrik non subsidi yang dapat berfluktuasi mengikuti harga pasar.
Jika hal tersebut terjadi, Indonesia berpotensi mengalami lonjakan inflasi energi yang tinggi sebagaimana terjadi pada berbagai negara dalam beberapa bulan terakhir.
Presiden Joko Widodo memutuskan untuk menggratiskan booster vaksin COVID-19 bagi seluruh WNI mulai Rabu (12/1). Tadinya, vaksin booster ini hanya digratiskan bagi kelompok lanjut usia dan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) penerima bantuan iuran.
Vaksin booster atau dosis ketiga kini diperuntukkan bagi seluruh warga negara yang telah mendapat vaksin dosis kedua lebih dari enam bulan yang lalu.
Pemberian dosis vaksin booster dapat meminimalisir penyebaran COVID-19 khususnya varian omicron yang memicu gelombang ketiga di berbagai negara.
Jika penularan wabah dapat ditekan, maka Indonesia tidak perlu melakukan pembatasan kegiatan yang ekstrem sebagaimana saat penyebaran varian delta. Dampaknya, pemulihan ekonomi dapat berlanjut tanpa terdisrupsi oleh pembatasan sosial.
Baca juga: Rangkuman Kabar: RI Ekspor Batu Bara Lagi, Langkah The Fed Bakal Bikin Rugi
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperingatkan risiko pembelian surat utang pemerintah oleh bank sentral yang banyak terjadi selama masa pandemi. Meski langkah ini dapat dipandang sebagai bentuk stimulus moneter guna menyelamatkan perekonomian saat krisis, namun risiko yang membayanginya dapat mengancam independensi bank sentral hingga neraca keuangannya.
Menurut IMF, langkah ini dapat menyebabkan ketergantungan fiskal dalam menerbitkan surat utang bermargin rendah untuk membiayai keuangan negara. Akibatnya, bank sentral bisa mendapat tekanan untuk terus menerus membeli surat utang berbunga rendah hingga mengganggu neraca keuangannya.
Dampak lebih jauh ialah turunnya kepercayaan terhadap independensi bank sentral. Selain itu, praktik ini juga dapat memicu inflasi yang tinggi akibat terlalu banyaknya uang yang beredar.
Peringatan IMF perlu menjadi pertimbangan bagi bank sentral, termasuk Bank Indonesia dalam melanjutkan program pembelian surat utangnya guna memitigasi risiko lebih lanjut yang dapat berimplikasi negatif terhadap pembangunan.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memastikan bahwa strategi moneter yang dilancarkan oleh The Fed akan menghindarkan Amerika Serikat dari memanasnya inflasi. Sebagaimana diketahui, Federal Reserve terus melakukan pengetatan moneter dengan berbagai cara seperti tapering dan rencana kenaikan suku bunga acuan lebih cepat.
"Kami akan menggunakan cara kami untuk mendukung ekonomi dan pasar tenaga kerja yang kuat untuk menghindari kenaikan inflasi yang mengakar," kata Powell dalam pernyataan pembuka dengar pendapat dengan Komite Senat Perbankan.
Desember lalu, seluruh pejabat The Fed satu suara soal kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini. Mereka percaya bahwa pasar tenaga kerja akan menguat sehingga daya beli masyarakat akan terus meningkat meski kemunculan varian omicron berpotensi menciptakan disrupsi rantai pasok yang menimbulkan kelangkaan saat permintaan sedang kuat.
Pernyataan Powell sejalan dengan arah kebijakan ketat The Fed guna memerangi inflasi. Kebijakan ketat oleh bank sentral AS berpotensi memicu capital outflow berlanjut di engara berkembang seperti Indonesia.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Bisnis Indonesia, Kontan, CNBC Indonesia
Bagikan artikel ini