Rangkuman kabar Selasa (8/2) mengulas perkemangan domestik dan mancanegara, diantaranya posisi cadangan devisa RI yang tekor tipis akhir bulan lalu.
Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia sebesar US$141,3 miliar pada Januari 2022, susut tipis US$3,6 miliar dibanding sebulan sebelumnya.
Hal ini terjadi akibat berkurangnya penempatan valuta asing di perbankan seiring membaiknya aktivitas perekonomian. Faktor lain yang mempengaruhi penyusutan cadangan devisa ialah kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Kendati susut, posisi cadangan devisa pada akhir Januari setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.
Susutnya cadangan devisa biasanya direspons negatif oleh pelaku ekonomi. Sebab, ketika cadangan devisa menyusut, artinya BI makin kekurangan amunisi untuk mengintervensi pasar valas demi menstabilkan nilai tukar Rupiah. Jika hal ini terus berlarut, maka bukan tidak mungkin kestabilan makroekonomi Indonesia bisa terganggu.
Namun, penurunan yang didorong oleh pulihnya perekonomian, yang hingga membutuhkan devisa lebih banyak, merupakan indikator positif ditengah tren stagflasi di negara maju.
Pemerintah kembali memperpanjang diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 50% atau insentif PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga 30 September 2022.
Besaran PPN DTP yang diberikan bernilai 50% untuk penjualan rumah seharga Rp2 miliar atau kurang, serta 25% atas penjualan rumah dengan harga Rp2 miliar-Rp5 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menguraikan diskon PPN 50% diberikan untuk kriteria hunian rumah tapak dan satuan rumah susun yang diserahkan secara fisik pada periode pemberian insentif. Mumpung ada diskon PPN, kamu gak mau ikut beli rumah, Sobat Cuan?
Berlanjutnya insentif tersebut tentu akan membantu konsumsi masyarakat dan ujungnya bisa mengerek pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan tersebut juga akan membantu sektor properti untuk melanjutkan geliatnya di tengah upaya pemulihan ekonomi.
Kebijakan ini juga memiliki efek multiplier kepada industri penyokongnya seperti industri bahan bangunan, alat pertukangan dan penyaluran kredit perbankan. Sehingga, insentif seperti ini cukup efektif membuat ekonomi pulih lebih cepat dan merata, tidak hanya terpusat di satu sektor maupun industri saja.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Ekonomi RI Melesat, Sayangnya PPKM Makin Ketat!
Meta Platform Inc., induk dari Instagram dan Facebook, mengancam untuk undur diri dari pasar Eropa. Sebab, menurut laporan yang dirilis perseroan pekan lalu, Meta keberatan atas undang-undang baru yang berpeluang menghalangi mekanisme transfer data warga Uni Eropa ke Amerika Serikat.
"Jika kerangka transfer data transatlantik baru tidak diadopsi dan kami tidak dapat terus mengandalkan SCC (standard contractual clauses) atau mengandalkan cara alternatif lain untuk transfer data dari Eropa ke Amerika Serikat, kami kemungkinan tidak akan dapat menawarkan sejumlah produk dan layanan kami yang paling signifikan, termasuk Facebook dan Instagram, di Eropa," jelas laporan tersebut.
Hanya saja, Uni Eropa merespons ancaman tersebut dengan santai. Bahkan, legislator Uni Eropa sesumbar bahwa hengkangnya Meta dari benua biru tersebut akan jadi kerugian perusahaan.
Gegara ancaman tersebut, saham Meta malah terperosok 5% pada perdagangan kemarin. Alhasil, nilai saham Meta berada di level terendahnya dalam 52 minggu terakhir.
Jika Meta menuruti ancamannya sendiri untuk undur dari pasar Eropa, maka pangsa pasar pengguna Facebook dan Instagram di Eropa akan hilang. Ini akan membuka peluang bagi platform sosial media lain untuk menguasai pasar Eropa.
Selain itu, langkah tersebut pun bikin Facebook kesulitan menambah pengguna baru. Padahal, sesuai laporan keuangannya kuartal lalu, jumlah pengguna platform media sosial Meta terbilang jalan di tempat.
Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde memandang tren inflasi tinggi di zona Eropa saat ini belum mengindikasikan kondisi perekonomian overheating.
Ia mengatakan, saat ini inflasi tinggi yang terjadi di Eropa bukanlah indikasi perbaikan ekonomi di benua biru tersebut. Karenanya, Lagarde tetap yakin target inflasi 2% dapat tercapai sesegera mungkin, meski sedikit lebih lama dari target semula.
Kendati demikian, Lagarde tetap membuka peluang kenaikan bunga acuan ECB di akhir tahun nanti. Untuk itu, ia mengatakan bahwa pertemuan rutin bulanan ECB yang dihelat 10 Maret mendatang akan menjadi momentum krusial untuk menentukan kapan ECB akan mulai normalisasi kebijakannya dengan menghentikan pembelian surat utang.
Berlawanan dengan Lagarde, sejumlah pengambil keputusan di ECB berpandangan bahwa tapering harus dilakukan secepatnya. Bahkan, pasar mengharapkan kenaikan bunga acuan hingga 50 basis points (bps) tahun ini untuk mengimbangi penyusutan kapital akibat inflasi tinggi.
Pendapat Lagarde mengarah pada kebijakan ECB yang lebih dovish ketimbang The Fed dalam menghadapi tingkat inflasi. Langkah tersebut dapat membawa angin segar bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia yang sedang was-was akibat aliran modal keluar (capital outflow) akibat pengetatan moneter di berbagai negara maju.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Sumber: Bank Indonesia, CNN Indonesia, CNBC
Bagikan artikel ini