Sobat Cuan pasti setuju bahwa tantangan umum soal Bitcoin adalah “terlalu fluktuatif.” Tidak dapat disangkal bahwa Bitcoin adalah aset yang labil. Sepak terjang fluktuasi harga Bitcoin bisa dilihat dari berbagai waktu, mulai dari menit, jam, harian, mingguan, hingga tahunan.
Contoh nyatanya adalah pada tahun ini, dimana harga Bitcoin meroket hingga menyentuh rekor US$63.000 pada pertengahan April. Sayangnya, sang raja aset kripto ini kemudian melorot hingga US$34.000 di akhir Mei lalu.
Namun, volatilitas tidak selalu merupakan hal yang buruk. Sebab faktanya, volatilitas kadang menciptakan peluang untuk meraih cuan lebih tinggi lagi
Selama jangka waktu yang lama (4+ tahun), fluktuasi harga Bitcoin sebagian besar mengarah ke pertumbuhan positif. Menggunakan horizon waktu yang lebih lama ini membantu menghilangkan distraksi dan hanya fokus pada sinyal harga.
Volatilitas dan imbal hasil dapat dinilai dengan menggunakan rasio Sharpe yang mengukur imbal hasil yang disesuaikan dengan risiko. Rasio Sharpe adalah hasil pembagian pengembalian aset dengan risiko/volatilitasnya selama periode HODL 4 tahun.
Rasio Sharpe Bitcoin memang selalu lebih tinggi daripada kelas aset lainnya. Ini adalah salah satu metrik keuangan favorit para investor Wall Street dalam merekomendasikan Bitcoin ke klien-klien mereka. Lihat saja, imbal hasilnya menarik, bukan?
Namun kembali lagi ke pertanyaan yang mengusik semua investor pemula, tapi mengapa Bitcoin sangat fluktuatif? Berikut adalah beberapa dari banyak faktor di balik volatilitas Bitcoin.
Peristiwa berita yang menakut-nakuti pengguna Bitcoin antara lain peristiwa geopolitik dan pernyataan oleh pemerintah bahwa Bitcoin kemungkinan akan diatur. Pengadopsi awal Bitcoin termasuk beberapa oknum tak bertanggung jawab, menghasilkan berita utama yang menghasilkan ketakutan pada investor.
Baca juga: Sobat Cuan, Ini Lho Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Cryptocurrency!
Berita negatif Bitcoin selama satu dekade ini contohnya termasuk kebangkrutan Mt. Gox pada awal 2014 dan bursa Korea Selatan Yapian Youbit yang ditutup.
Berita lain yang mengejutkan investor adalah penggunaan Bitcoin dalam transaksi narkoba melalui Jalur Sutera yang berakhir dengan penutupan transaksi oleh FBI pada Oktober 2013. Bahkan, salah satu kabar terbaru yang bikin Bitcoin longsor adalah rencana pengenaan pajak terhadap Bitcoin, seperti terdapat di artikel ini.
Semua insiden ini dan kepanikan publik yang terjadi dapat mendorong nilai Bitcoin anjlok dengan cepat. Namun, investor pendukung Bitcoin melihat peristiwa tersebut sebagai bukti bahwa pasar semakin dewasa, dan nantinya bisa mendorong nilai Bitcoin kembali naik dalam waktu singkat.
Salah satu alasan mengapa fluktuasi harga Bitcoin terjadi terhadap mata uang fiat adalah persepsi sebagai penyimpan nilai. Bitcoin memiliki sifat yang membuatnya mirip dengan emas. Hal ini diatur oleh keputusan sang pencipta yang membatasi produksi hanya hingga 21 juta Bitcoin.
Karena itu, sifatnya sangat berbeda dari mata uang fiat, yang dikelola secara dinamis oleh pemerintah. Mata uang fiat digunakan untuk mempertahankan inflasi yang rendah, lapangan kerja yang tinggi, dan pertumbuhan melalui investasi dalam sumber daya modal.
Di sisi lain, karena ekonomi yang dibangun dengan mata uang fiat memiliki persepsi kuat atau lemah, investor dapat mengalokasikan aset mereka menjadi Bitcoin.
Volatilitas Bitcoin juga didorong sebagian besar oleh berbagai persepsi tentang nilai intrinsik cryptocurrency sebagai penyimpan nilai dan metode transfer nilai.
Penyimpan nilai adalah fungsi dimana aset dapat berguna di masa depan dengan beberapa prediktabilitas. Sebuah penyimpan nilai dapat disimpan dan ditukar dengan beberapa barang atau jasa di masa depan.
Baca juga: Mengenal Metode Analisis Fundamental Aset Kripto
Sementara itu, metode transfer nilai adalah setiap objek atau konsep yang digunakan untuk mentransfer properti dalam bentuk aset dari satu pihak ke pihak lain. Fluktuasi harga Bitcoin saat ini membuatnya menjadi penyimpan nilai yang kurang jelas, tetapi menjanjikan transfer nilai yang hampir tanpa intervensi. Akibatnya, nilai Bitcoin dapat berayun berdasarkan peristiwa berita seperti halnya mata uang fiat.
Fluktuasi harga Bitcoin juga sebagian besar didorong oleh pemegang proporsi besar dari total yang beredar. Untuk investor Bitcoin dengan kepemilikan saat ini di atas sekitar US$10 juta, tidak jelas bagaimana mereka akan melepas posisi sebesar itu tanpa menggerakkan pasar dengan parah.
Makanya, mereka disebut dengan para ikan paus (whales), mirip layaknya ikan paus yang bisa membuat ombak hanya dengan mengibaskan ekornya saja. Cara para whales mengendalikan harga Bitcoin bisa dibaca di artikel berikut.
Dalam hal ini, Bitcoin belum mencapai tingkat adopsi pasar massal yang diperlukan untuk memberikan nilai opsi kepada pemegang jumlah besar. Makanya, gerak-gerik bandar si raja aset kripto ini tentu harus diawasi oleh pencinta aset kripto.
Bitcoin juga bisa menjadi tidak stabil ketika komunitas aset kripto mengekspos kerentanan keamanan di Bitcoin. Sehingga, pengembang Bitcoin harus mengungkapkan masalah keamanan kepada publik untuk menghasilkan solusi yang kuat. Dan tentunya, untuk mencegah investor keluar dari pasar Bitcoin.
Baca juga: Alasan Pentingnya Diversifikasi Investasi Aset Kripto di Saat Pasar Loyo
Kasus penggunaan Bitcoin sebagai mata uang untuk negara berkembang, utamanya yang saat ini mengalami inflasi tinggi, sangat berharga ketika mempertimbangkan volatilitas Bitcoin di ekonomi negara tersebut dibandingkan dengan dolar AS. Bitcoin jauh lebih fluktuatif terhadap dolar AS daripada peso Argentina dengan inflasi yang tinggi.
Meskipun demikian, transfer Bitcoin yang hampir tanpa gesekan batas menjadikannya instrumen pinjaman yang berpotensi sangat menarik bagi orang Argentina. Hal itu karena tingkat inflasi yang tinggi untuk pinjaman dalam mata uang peso.
Baca juga: 4 Kesalahan Investasi Ethereum yang Sebaiknya Kamu Hindari
Demikian pula, penyandang dana di luar Argentina dapat memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi dengan skema ini daripada yang dapat mereka peroleh dengan menggunakan instrumen utang lainnya. Contohnya, skema pinjaman dalam mata uang negara asal mereka, yang berpotensi terkena risiko eksposur ke pasar Argentina yang mengalami inflasi tinggi.
Di Amerika Serikat, menurut Internal Revenue Service (IRS), Bitcoin sebenarnya dianggap sebagai aset untuk target pajak. Hal ini memiliki dampak yang beragam pada fluktuasi harga Bitcoin. Sisi baiknya, setiap pernyataan yang mengakui Bitcoin memiliki efek positif pada penilaian pasar mata uang.
Sebaliknya, keputusan IRS untuk menyebutnya properti memiliki setidaknya dua efek negatif. Yang pertama adalah kerumitan tambahan bagi pengguna yang ingin menggunakannya sebagai bentuk pembayaran.
Di bawah undang-undang pajak yang baru, pengguna harus mencatat nilai pasar mata uang pada saat setiap transaksi, tidak peduli seberapa kecilnya. Kebutuhan akan pencatatan ini dapat dimengerti memperlambat adopsi karena tampaknya terlalu banyak masalah untuk apa nilainya bagi banyak pengguna.
Baca juga: Apa Sih Keterkaitan Harga Bitcoin dan Altcoin? Yuk Simak di Sini!
Kedua, keputusan untuk menyebut mata uang sebagai bentuk properti untuk target pajak mungkin menjadi sinyal bagi beberapa pelaku pasar bahwa IRS sedang bersiap untuk menegakkan peraturan yang lebih kuat nanti.
Regulasi mata uang yang ketat dapat menyebabkan tingkat adopsi mata uang melambat ke titik di mana ia tidak dapat mencapai adopsi massal yang sangat penting untuk utilitas keseluruhannya di masyarakat.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, Bitcoin Magazine
Bagikan artikel ini