Sobat Cuan pasti pernah menonton film bergenre thriller, bukan? Di separuh pertama, plot film menggambarkan situasi yang aman terkendali. Bahkan, cenderung mengisyaratkan bahwa para tokohnya akan mengalami waktu yang menyenangkan. Hanya saja, situasi tersebut berubah mencekam di paruh kedua film sebelum mencapai konklusinya.
Seperti itulah harga Bitcoin pada pekan lalu. Di awal pekan, sesuai analisis harga Bitcoin pekan lalu, sang raja aset kripto ini seolah-olah akan mengalami satu pekan yang mengasyikkan. Namun, kondisi itu berubah ketika ia memasuki pertengahan pekan.
Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Bitcoin minggu lalu?
Baca juga: Sobat Cuan, Ini Lho Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Cryptocurrency!
Sebagai gambaran umumnya, mari kita tengok pergerakan harga Bitcoin per dua jam pada pekan ketiga Juni berikut.
Secara umum, gambar di atas menunjukkan bahwa harga Bitcoin menembus titik US$40.000 di awal pekan sebelum terkoreksi singkat setelahnya.
Hal ini disebabkan oleh optimisme pelaku pasar atas adopsi Bitcoin ke depan gara-gara cuitan punggawa Tesla, Elon Musk.
Di dalam tweet tersebut, ia mengatakan bahwa produsen mobil listrik itu akan kembali mengadopsi Bitcoin sebagai alat transaksi. Asal, para penambang Bitcoin bisa memanfaatkan energi terbarukan untuk menyuplai 50% tenaga listrik yang dibutuhkan untuk pertambangan Bitcoin.
This is inaccurate. Tesla only sold ~10% of holdings to confirm BTC could be liquidated easily without moving market.
When there’s confirmation of reasonable (~50%) clean energy usage by miners with positive future trend, Tesla will resume allowing Bitcoin transactions.
— Elon Musk (@elonmusk) June 13, 2021
Kemudian, pada tanggal 17 Juni, pergerakan harga Bitcoin pun sempat hampir menembus lebih tinggi dari pergerakan reratanya (Moving Average) selama 50 hari (garis biru). Jika harga Bitcoin berhasil menembus garis tersebut, maka sejatinya ada harapan bahwa sikap pelaku pasar akan kembali bullish terhadap Bitcoin.
Sayangnya, kondisi itu urung terjadi. Harga Bitcoin pun longsor, bahkan hingga hampir mencapai US$32.000 di akhir pekan.
Baca juga: Fans Bitcoin Wajib Baca! Ini Prediksi Bitcoin Selama 2021 Dari 10 Pakar Top!
Penyebabnya pun bermacam-macam. Salah satunya adalah keputusan bank sentral AS, The Fed, yang berencana untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada 2023 mendatang.
Melansir Cointelegraph, pengumuman itu bikin investor memalingkan muka dari Bitcoin dan aset berisiko lainnya dan cenderung beralih ke instrumen yang bisa mendulang cuan saat suku bunga acuan meningkat. Salah satunya adalah produk jasa keuangan dan obligasi.
Kondisi serupa juga menyerang harga Ethereum, seperti terlihat di grafik harga ETH mingguan di bawah ini.
Tak hanya soal The Fed, pasar Bitcoin pun riuh akan ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan (Fear, Uncertainty, and Doubt/FUD) setelah pemerintah China menutup sebagian besar fasilitas penambangan Bitcoin di provinsi Sichuan. Hal ini dilakukan setelah China menduga ada penyalahgunaan tenaga listrik hanya untuk menambang sang raja aset kripto tersebut.
Pemerintahan China memang tengah getol-getolnya membunyikan “genderang perang” melawan aktivitas pertambangan Bitcoin. Sebelum Sichuan, pemerintah China juga sudah menginvestigasi aktivitas pertambangan Bitcoin di provinsi Mongolia Dalam, Xinjiang, Qinghai, dan Yunnan.
Baca juga: Tergiur Aset Kripto? Simak 4 Tanda Kesiapan Kamu dalam Investasi Kripto!
Setelah mengalami pekan yang (lagi-lagi) mendebarkan, lantas bagaimana dengan nasib sang raja aset kripto pekan ini?
Melansir Cointelegraph, dari sisi teknikal, harga Bitcoin pada pekan lalu berada pada rentang US$31.000 hingga US$42.451. Setelah itu, harga Bitcoin terpelanting jatuh ke bawah titik Exponential Moving Average (EMA) selama 20 hari di titik US$37.439 pada 18 Juni lalu.
Berbasiskan data-data tersebut, maka harga Bitcoin masih bisa berada di dalam rentang harga pekan lalu asal pelaku pasar yang bullish bisa menahan harga Bitcoin di atas US$31.000. Dan jika harga Bitcoin mencapai US$36.457, maka trader dan investor bisa berharap ada penguatan lebih lanjut lantaran ini adalah implikasi dari hasil buy the dip yang mereka lakukan.
Namun, jika gagal, maka trader dan investor harus berharap harga Bitcoin bisa mendarat di level US$28.000 per keping. Dengan kata lain, pergerakan nilai Bitcoin pekan ini menggantungkan harapan ke investor institusi. Atau setidaknya akumulasi dalam jumlah banyak.
Untungnya, dari sisi sentimen, pelaku pasar boleh sedikit berharap dari niatan investor institusi dalam mengadopsi Bitcoin.
Salah satu contohnya adalah Microstrategy. Pada pekan lalu, perusahaan yang dipimpin fans Bitcoin garis keras Michael Saylor ini berencana menambah kepemilikan Bitcoin-nya. Selain itu, survey baru-baru ini yang dilakukan Financial Times menunjukkan bahwa 7% manajer hedge fund berniat untuk mengalokasikan penempatan dananya ke aset kripto dalam lima tahun ke depan.
Tentu saja, kabar-kabar tersebut bisa mengembuskan angin optimisme terkait masa depan Bitcoin di pasar kripto. Sehingga, harga Bitcoin tak perlu lagi bertindak bak pemeran film thriller di pekan ini, atau seperti yang ia alami pada pekan lalu.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Sumber: Cointelegraph, Crypto Potato
Bagikan artikel ini