Mereguk cuan lewat Decentralized Finance (DeFi) sedang jadi tren di kalangan pecinta aset kripto. Namun, apakah Sobat Cuan tahu perbedaannya dengan Centralized Finance (CeFi)? Seperti apa sih tepatnya DeFi vs CeFi?
Hal ini menjadi penting lantaran pengguna aset kripto tak begitu paham detail mengenai teknologi kripto meski popularitas teknologi blockchain tengah meroket dan maraknya investor yang merangsek ke mata uang kripto.
Kondisi tersebut tercermin dari survei yang dilakukan HSBC, di mana hanya 10% konsumen penggunanya yang betul-betul paham cara kerja rantai block masa depan itu.
Jadi, kalau Sobat Cuan belum tahu bedanya DeFi dan CeFi, tenang saja ya! Sobat Cuan bisa menemukan jawabannya di artikel ini!
Baca juga: Bunga Nabung di Aset Kripto Cuan Banget Dibanding Bank. Darimana Asal Bunganya?
Blockchain menjelaskan centralized finance sebagai struktur dan jasa keuangan yang memfasilitasi penggunanya lewat sistem yang tersentralisasi.
Pengguna dapat meminjam atau meminjamkan kripto yang dimilikinya lewat central exchange.
Central Exchange adalah otoritas dalam CeFi yang mengelola dana kriptomu, sehingga kamu perlu menyetorkan data pribadi hingga asetmu kepada CEX dengan dasar kepercayaan. Tapi sebagai gantinya, kamu bisa memanfaatkannya untuk bertransaksi antar blok independen yang tidak mungkin dilakukan dengan DeFi.
Kamu bisa mengakses danamu lewat akun rekening Central Exchange, namun kamu tidak mengelolanya sendiri. Sistem akan mengidentifikasi koin mana yang diperdagangkan dan berapa jumlah biaya (fee) yang harus dibayarkan dari perdagangan itu.
Tujuan dari CeFi adalah untuk membuat ekosistem perdagangan yang adil sehingga semua perdagangan harus patuh pada aturan bursa.
Selain itu, di centralized finance, terdapat lembaga perantara (intermediaries) yang memiliki kendali penuh atas aset serta uangmu. Makanya, kamu juga harus membayar biaya administrasi, biaya layanan dan biaya lainnya kepada lembaga tersebut.
Sistem ini bukan hanya digunakan oleh mata uang kripto. Justru, konsep centralized finance di aset kripto terinspirasi pada sistem di jasa keuangan konvensional.
Seperti yang kita tahu, di jasa keuangan pada umumnya, bank bertindak sebagai perantara antara kreditur dan debitur. Nah, kamu tentunya harus membayar beberapa beban-beban ketika mempercayakan uangmu ke lembaga keuangan tersebut.
Sistem jasa keuangan seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Sehingga, sistem ini jauh lebih mapan dibanding DeFi yang masih tergolong temuan baru.
Sobat Cuan bisa membaca penjelasan lengkap tentang DeFi di artikel ini dan artikel ini.
Namun secara garis besarnya, DeFi adalah kebalikan dari CeFi. Di dunia DeFi, seluruh transaksi tidak dilakukan melalui satu atau beberapa lembaga tertentu. Atau, dengan kata lain, seluruh kegiatannya dilakukan langsung antar pengguna melalui aplikasi khusus.
Adapun, aplikasi-aplikasi tersebut (biasa disebut dApps, yang penjelasannya bisa dibaca di artikel berikut) berjalan di atas teknologi blockchain yang terotomatisasi. Nah, otomatisasi ini “dimotori” oleh sistem smart contract yang saat ini berjalan di atas sistem Ethereum. Penjelasan smart contract bisa kamu baca di sini ya, Sobat Cuan!
DeFi hadir untuk memberikan akses jasa keuangan bagi mereka yang dianggap tak layak mengakses jasa keuangan konvensional. Selain itu, Decentralized Finance juga menciptakan sistem keuangan yang adil, transparan dan bebas, sehingga semua orang bisa berpartisipasi.
Akibat sifat tersebut, tak heran jika jasa yang ditawarkan DeFi pun beragam. Dari mulai aktivitas simpan pinjam, yield farming, dan lain-lain.
Sistem terpusat menyuguhkan fleksibilitas konversi antar mata uang. Baik uang fiat maupun uang kripto dapat dikonversi dengan mudah lewat skema ini.
Sistem ini diklaim lebih adil sebab pesanan dan penjualan dilakukan terpusat. Pengguna CeFi adalah subjek dari aturan yang dibuat central exchange, sehingga baik penjual maupun membeli mematuhi hukum yang sama saat bertransaksi.
Sistem juga menyediakan pihak ketiga dan lembaga kliring yang menjamin integritas tiap transaksi layaknya di pasar modal konvensional.
Tak hanya itu, CeFi juga memungkinkanmu untuk melakukan trading antar mata uang kripto dari mulai Litecoin, Bitcoin, hingga XRP. Namun, meski banyak manfaat, sistem ini pun punya segudang kekurangan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Central Exchange akan meminta data-datamu. Sayangnya, sistem Central Exchange sangat rentan diretas. Meski memang, keberadaannya membuat transaksimu lebih fleksibel, utamanya kalau kamu mau membeli kripto dengan uang fiat.
Selain itu, kekurangan penggunaan CeFi lainnya adalah banyaknya biaya-biaya transaksi dan admin yang perlu kamu keluarkan.
Sementara itu, DeFi memungkinkan kamu untuk memiliki kendali penuh atas aset kripto milikmu sendiri.
Selain itu, kamu tidak perlu otorisasi pihak ketiga dalam transaksimu, yang kamu butuhkan adalah tata aturan yang diterjemahkan dalam algoritma smart contract-mu. Protokol itu akan mengeksekusi transaksimu jika pihak kedua memenuhi semua prasyarat dalam protokol yang sudah kamu buat. Saat itu terjadi, perintah tidak dapat diralat transaksimu pasti tereksekusi.
Artinya, kamu tak perlu membayar biaya admin dan biaya transaksi yang dibayar ke lembaga intermediaries tersebut. Selain itu, segala transaksi pun dijalankan secara transparan, sehingga sistem DeFi minim penyalahgunaan yang parah.
Lebih lanjut, karena sistem DeFi berlangsung di dApps, dan aplikasi-aplikasi DeFi sendiri terus berevolusi antar waktu, maka layanan jasa keuangan di Decentralized Finance terbilang lebih beragam dibanding sistem CeFi.
Hanya saja kekurangan dari sistem DeFi adalah kompleksitas protokol smart contract, sehingga kamu tak bisa melakukan trading aset kripto atau membeli aset kripto langsung dengan uang fiat.
Intinya, perihal CeFi vs DeFi hanyalah masalah kepada siapa kamu akan mempercayakan pengelolaan aset kriptomu? Apakah kamu mau mempercayakan aset kriptomu ke lembaga terpusat? Atau justru mempercayakannya ke teknologi smart contract?
Perbedaan paling mendasar dari CeFi dan DeFi adalah kepada siapa kamu sebagai penggunanya lebih bisa memercayakan pengelolaan asetmu? Jika CeFi masih digerakkan oleh otoritas manusia, DeFi dijalankan oleh teknologi berupa protokol smart contract.
Kemudian, masalah CeFi vs DeFi juga berkaitan dengan kenyamanan kamu dalam memilih ekosistem keuangan.
Di satu sisi, CeFi adalah sistem yang sudah mapan yang sudah digunakan di kegiatan keuangan konservatif selama bertahun-tahun. Hanya saja, jumlah variasi jasa keuangannya pun terbatas.
Di sisi lain, DeFi menawarkan ekosistem yang terus berinovasi dengan cepat. Satu kapabilitas baru yang dikembangkan DeFi dapat segera tergantikan dengan kapabilitas lain yang tengah dikembangkan. Bukan tidak mungkin di masa depan transaksi antar block independen dimungkinkan untuk dilakukan dengan protokol juga.
Jadi, siapa yang lebih pantas kamu percaya Sobat Cuan? DeFi atau CeFi?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: blockchain, leewayheartz, duniafintech
Bagikan artikel ini