Investasi Bitcoin sedang melesat pesat beberapa bulan terakhir. Harga Bitcoin sempat melonjak di atas US$50 ribu per keping dan bahkan mencapai puncak US$58 ribu pada dua pekan lalu. Meski sekarang harga Bitcoin sedang melandai, tidak ada yang menyangsikan bahwa aset kripto tersebut tengah menikmati puncak popularitasnya saat ini.
Kenaikan harga Bitcoin itu disebabkan oleh minat perusahaan besar yang kian mantap menempatkan dana di aset kripto itu. Pada bulan lalu, Tesla, contohnya, semakin kukuh untuk berinvestasi US$1,5 miliar di Bitcoin. Sementara itu, perusahaan manajemen aset seperti JPMorgan pun baru-baru ini meminta investor untuk menempatkan dana sebesar 1% saja ke aset kripto tersebut.
Namun, selayaknya segala hal di dunia ini, terdapat pula golongan yang seolah-olah benci dengan Bitcoin. Bahkan, tak segan-segan untuk nyinyir perihal moncernya harga Bitcoin belakangan ini.
Lantas, komentar pedas seperti apa yang ditujukan ke Bitcoin? Dan mengapa mereka sangat tidak menyukai aset kripto tersebut? Yuk, simak tiga dari puluhan sindiran yang dialamatkan ke Bitcoin!
Baca juga: Setelah Sentuh All-Time High, Ke Mana Arah Bitcoin Berikutnya?
CIO Barclays Wealth & Investments, Will Hobbs, mengatakan bahwa perusahaannya tidak tertarik dengan aset kripto meski baru-baru ini reli investasi Bitcoin memecahkan rekor. Bahkan, ia sampai menyebut bahwa naik turun harga aset kripto disokong oleh spekulasi yang bersifat sihir.
“Bitcoin semakin jadi kultus, padahal investasi ini akan jadi seperti burung yang tidak bisa terbang bila suku bunga naik,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Hobbs menyebut bahwa Barclays Wealth Management tidak akan memasukkan aset kripto ke neraca keuangan mereka terutama karena perubahan harga yang liar. Pandangannya ini senada dengan banyak manajer investasi lainnya.
“Aset kripto itu bernilai seperti kelipatan berbagai aset kami yang paling mudah naik tapi tergolong lebih tidak stabil,” ungkapnya. “Agar kami mengakuisisi suatu kelas aset, ada beberapa syarat yang dipenuhi oleh suatu aset. Satu, aset itu harus memiliki imbal hasil yang diharapkan positif. Selanjutnya, ia harus memiliki daya tarik diversifikasi.”
Meski demikian, Hobbs tak akan menutup mata dengan investasi Bitcoin. Menurutnya, Bitcoin lambat laun akan memenuhi kedua syarat dasar investasi yang diterapkan oleh manajemennya seperti di atas.
“Kami sementara ini menunggu di pinggir lapangan dan mengawasi orang lain yang sudah berinvestasi (Bitcoin),” tutur dia.
Investor miliarder dan wakil ketua Berkshire Hathaway Charlie Munger menolak mentah-mentah pernyataan mengenai Bitcoin yang kemungkinan akan didapuk menjadi mata uang global. Hal itu tak mengherankan, lantaran dirinya bersama pemimpin Berkshire Hathaway Warren Buffett, adalah seorang kritikus investasi Bitcoin yang terkenal.
Munger mendukung beberapa sentimen negatif tentang aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar ini. Ia menyatakan, “Saya tidak berpikir Bitcoin akan menjadi medium pertukaran/alat tukar untuk dunia. Aset ini terlalu tidak stabil untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai alat tukar.”
Pernyataan Munger cukup kontroversial. Tetapi, minat Bitcoin yang ada selama ini justru membuktikan minat pasar secara signifikan semakin menguat atas keberadaan aset kripto.
Munger bahkan mengutip penyair dan penulis drama Irlandia Oscar Wilde dengan membandingkan BTC dengan perburuan rubah. “Ini seperti yang disebut Oscar Wilde tentang perburuan rubah: mengejar yang tak dapat dimakan,” guraunya.
Baca juga: Outlook Negatif S&P Bisa Tekan IHSG, Cermati Saham Emiten yang “Aman” Kala Pandemi
Nouriel Roubini, profesor jurusan Ekonomi di Stern School of Business New York University tak ketinggalan nyinyir terhadap investasi Bitcoin. Profesor yang dijuluki Dr. Doom ini, yang merupakan cerminan atas pandangan pesimistisnya terhadap ekonomi, menyebut Bitcoin memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Menurut penelusurannya, para penambang Bitcoin menggunakan jumlah energi yang sama setiap tahunnya seperti yang dikonsumsi oleh negara Belanda pada 2019. Data ini diperoleh dari University of Cambridge dan Badan Energi Internasional. Tak tanggung-tanggung, ia langsung mencerca potensi negatif Bitcoin terhadap lingkungan dalam opininya di Financial Times.
“Karena nilai fundamental Bitcoin adalah nol dan akan menjadi negatif jika pajak karbon diterapkan pada produksi energi yang dibutuhkan untuk tambang. Saya memperkirakan gelembung saat ini pada akhirnya akan berakhir dengan kegagalan lain,” ungkapnya.
Sebelumnya, ia telah berulang kali berpendapat bahwa Bitcoin sama sekali tidak boleh disebut sebagai mata uang. Ia percaya investasi Bitcoin bukan aset yang terukur dan bukan penyimpan nilai yang stabil. Sebaliknya, menurutnya, skema investasi Bitcoin selama ini hanyalah goreng-goreng aset semata, atau bisa disebut pump and dump. Yakni, skema investasi di mana harga tercipta karena hype semata.
Pendapat Roubini mengenai Bitcoin dan potensi kerusakan lingkungan juga didukung oleh studi dari Harvard pada 2020. Studi tersebut menunjukkan bahwa meski penambangan aset kripto tidak “membakar planet”, ada “skenario di mana setiap US$1 dari nilai koin aset kripto yang dibuat akan bertanggung jawab atas US$0,66 dalam kerusakan iklim dan dampak negatif pada kesehatan.”
Kendati Roubini menyebut aset kripto sebagai gelembung aset, aset digital ini terbukti terapresiasi 333% selama setahun terakhir. Investor yang memasukkan investasi Bitcoin senilai US$100 pada 10 tahun lalu, kini akan memiliki US$9.2 juta.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Markets Insider, Coin Telegraph, Markets Insider
Bagikan artikel ini