Reksadana pasar uang adalah salah satu jenis reksadana yang beredar di pasar produk jasa keuangan. Adapun dana himpunan dari reksadana jenis ini dialokasikan di produk-produk pasar uang seperti deposito perbankan, surat utang bertenor pendek, atau surat berharga negara dengan tenor di bawah satu tahun.
Reksadana ini dikenal memiliki likuiditas tinggi dan memiliki tingkat risiko yang rendah. Biasanya, investor menggunakan instrumen reksadana pasar uang sebagai “parkir” dana sementara sebelum menginvestasikan uangnya ke aset lain.
Reksadana pasar uang didesain dan diluncurkan pada awal 1970an di Amerika Serikat. Produk ini langsung populer dan laris manis di pasaran karena memudahkan investor untuk membeli sekumpulan sekuritas yang menawarkan imbal hasil lebih baik dibandingkan perbankan.
Awalnya, reksadana pasar uang menggunakan surat utang pemerintah sebagai tujuan alokasi dana. Namun belakangan, manajer investasi mulai menggunakan Surat Berharga Komersial (SBK) sebagai tujuan penempatan dana. Hasilnya, investor pun memperoleh imbal hasil uang lebih tinggi.
Dewasa ini, reksadana pasar uang telah menjelma menjadi satu dari pilar utama produk industri pasar modal. Bagi investor, reksadana pasar uang dianggap sebagai akses menuju diversifikasi aset yang dikelola dengan profesional dan memiliki likuiditas yang tinggi.
Baca juga: Atur Risiko Investasi Melalui Reksadana, Ini 5 Hal Dasar yang Wajib Kamu Pahami!
Proses investasi reksadana pasar uang sama persis seperti reksadana pada umumnya. Investor hanya perlu menyetor dana ke manajer investasi untuk kemudian ditempatkan di instrumen-instrumen pasar uang.
Karena pasar uang merupakan produk jasa keuangan, makanya tak heran jika imbal hasil reksadana jenis ini sangat bergantung dengan fluktuasi tingkat bunga. Namun, tingkat return reksadana ini biasanya lebih tinggi dari produk tabungan biasa, khususnya deposito.
Reksadana pasar uang pun memiliki varian yang beragam tergantung dengan jenis aset dasarnya, tanggal jatuh temponya, dan lain-lain. Beberapa jenis reksadana pasar uang adalah sebagai berikut.
Seluruh himpunan dana dari reksadana yang memiliki nama lain prime money fund ini akan dialokasikan ke surat utang dengan tingkat bunga mengambang dan Surat Berharga Komersil (SBK) non-pemerintah.
Biasanya, sebanyak 99,5% penempatan dana investor yang terdapat di reksadana jenis ini akan ditempatkan pada surat utang yang diterbitkan pemerintah atau repurchase agreement (Repo) yang sepenuhnya dijamin oleh negara. Penjelasan tentang repurchase agreement bisa disimak di artikel berikut.
Jenis reksadana ini biasanya menggunakan instrumen utang pemerintah sebagai aset dasarnya. Beberapa di antaranya terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Surat Berharga Negara (SBN).
Reksadana jenis ini umum beredar di Amerika Serikat, di mana imbal hasilnya sama sekali dibebaskan dari pembebanan pajak federal maupun pajak negara bagian. Biasanya, reksadana ini menggunakan obligasi daerah sebagai aset dasarnya.
Karena imbal hasilnya bebas pajak, tak heran jika instrumen ini menjadi incaran investor institusi.
Baca juga: Yakin Gak Mau Investasi Reksa Dana? Ini Lho 8 Manfaatnya!
Seperti yang disebutkan di atas, reksadana pasar uang adalah instrumen dengan risiko yang cukup rendah. Namun, sama seperti instrumen investasi pada umumnya, instrumen ini pun memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri.
Risiko gagal bayar dari produk-produk penempatan reksadana pasar uang relatif rendah, Ini lantaran dana kelolaan hanya diinvestasikan pada instrumen-instrumen berjangka pendek.
Investor bisa mencairkan reksadana pasar uang kapan saja tanpa ada ketentuan mengenai jatuh tempo penarikan reksadana. Di samping itu, investor juga tidak dibebankan biaya apapun ketika menjual produk reksadananya.
Sifat instrumen yang likuid, beserta risikonya yang rendah, adalah daya tarik utama reksadana pasar uang. Hal ini menyebabkan investor memburu produk ini sebagai tempat transit dana sementara sebelum menginvestasikannya ke instrumen investasi lainnya.
Manajemen investasi akan menaruh dana kelolaan reksadana pasar uang di produk jasa keuangan, seperti deposito. Adapun, imbal hasil deposito sendiri ditentukan oleh naik turunnya suku bunga acuan. Hal itu pun nantinya juga akan mempengaruhi imbal hasil reksadana pasar uang.
Namun, imbal hasil reksadana pasar uang memiliki imbal hasil lebih tinggi dari deposito lantaran Manajer Investasi akan mendapatkan bunga lebih tinggi dibanding nasabah pada umumnya. Tak hanya itu, reksadana pasar uang pun bukanlah objek pajak, sehingga tingkat imbal hasilnya lebih besar. Alasan terkait hal tersebut bisa dibaca di artikel ini.
Dewasa ini, berinvestasi di reksadana pasar uang tidak membutuhkan modal besar. Sebab, kini sudah banyak sekali platform investasi ritel yang memberlakukan kewajiban minimum investasi yang rendah. Bahkan, bisa dimulai dengan Rp10.000 saja.
Hal ini bisa dimaklumi, mengingat penempatan dana reksadana pasar uang dialokasikan di instrumen surat berharga dan produk jasa keuangan dengan tenor jangka pendek.
Penempatan alokasi dana di produk-produk pasar uang juga menyebabkan investor tidak bisa menikmati apresiasi kapital. Ini mengingat nilai dasar produk-produk pasar uang tidak mengalami kenaikan antar waktu, layaknya aset investasi pada umumnya.
Hal ini terbilang lumrah mengingat karakteristik aset dasar (underlying asset) reksadana pasar uang.
Baca juga: Kenali Jenis Reksadana, Mana yang Paling Cocok Buat Kamu?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Sumber: Investopedia, Tanam Duit
Bagikan artikel ini