Tanda-tanda pemullhan ekonomi kini mulai terlihat di Amerika Serikat. Biasanya, ketika masa-masa seperti ini, investor pasar modal AS mulai melirik saham-saham siklikal, atau biasa disebut cyclical stocks, terutama dalam investasi di indeks S&P 500.
Ya, investor memantau ketat saham-saham ini lantaran biasanya aktif merespons terhadap kebijakan atau data ekonomi anyar yang dikeluarkan oleh pemerintah. Apalagi, setelah data-data makroekonomi dirilis. Seperti yang terjadi belakangan ini.
Pada pekan lalu, Departemen Ketenagakerjaan AS merilis data bahwa dunia usaha mampu menyerap 559.000 tenaga kerja baru pada Mei, atau melesat dibanding 388.000 di April.
Sementara itu, pada pekan ini, Biro Statistik AS merilis data bahwa inflasi tahunan Mei berada di angka 5%, atau lebih kencang dibanding April sebesar 4,2%.
Nah, karena momennya tepat, maka mengenal cyclical stocks di dalam indeks S&P 500 bisa memandumu dalam menggaet cuan yang lebih besar dalam investasi ini. Yuk, kita kenalan lebih jauh dengan cyclical stocks!
Baca juga: Memahami Saham Growth Stocks dan Value Stocks di S&P 500. Apakah Itu?
Secara sederhananya, cyclical stocks adalah saham-saham yang pergerakannya dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi.
Saham – saham ini mengikuti semua perkembangan yang terjadi. Saat pertumbuhan ekonomi sedang agresif, biasanya pergerakannya juga akan positif.
Namun, ketika ekonomi sedang buruk, kinerjanya sangat tergantung dengan langkah kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah. Misalnya, keringanan pajak, stimulus moneter, dan lain-lainnya.
Kemudian, saham-saham yang masuk dalam cyclical stocks biasanya adalah saham perusahaan yang memproduksi barang-barang non kebutuhan pokok. Mengapa demikian? Hal ini kembali lagi ke kinerja ekonomi suatu negara, Sobat Cuan.
Kala ekonomi sedang berkembang, daya beli masyarakat pun sedang tokcer-tokcernya. Makanya, permintaan mereka akan barang-barang non-kebutuhan pokok pun juga akan melesat. Hal ini tentu akan mendongkrak kinerja keuangan perusahaan, dan ujungnya akan mempengaruhi kinerja saham-sahamnya.
Sebaliknya, masyarakat akan menahan konsumsinya saat resesi atau pertumbuhan ekonomi sedang tiarap. Hasilnya, mereka akan lebih memfokuskan pengeluarannya ke barang kebutuhan pokok dibanding barang-barang lainnya.
Alhasil, permintaan barang non kebutuhan akan melorot dan menyeret turun kinerja perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang seperti demikian.
Di indeks S&P 500 sendiri, saham-saham seperti Nike dan Starbucks adalah saham-saham yang masuk dalam kategori cyclical stocks. Yakni, saham-saham berkategori consumer discretionary, yang merupakan satu dari 11 sektor di indeks S&P 500 seperti tertera di artikel ini.
Cyclical stocks biasanya memiliki volatilitas harga yang sangat tinggi, seiring dengan sentimen yang diterimanya. Namun, investor percaya bahwa imbal hasil yang diberikannya juga bisa tinggi selama dalam periode pemulihan ekonomi.
Ya, saham-saham ini bergerak naik dan turun seiring dengan siklus ekonomi. Sehingga, perihal timing menjadi hal yang utama saat memutuskan untuk masuk ke saham jenis ini.
Kemudian, kinerja saham-saham jenis ini sangat sensitif dengan dua data makroekonomi yang menjadi katalis perbaikan ekonomi dan daya beli masyarakat. Yakni, inflasi dan data ketenagakerjaan. Nah, alasan mengapa data ini penting bisa kamu simak di artikel ini, ya!
Dua data tersebut menjadi rujukan pasti bagi para investor dalam membuat keputusan investasinya di pasar saham. Sehingga, pantas rasanya jika begitu data tidak sesuai dengan ekspektasi atau justru berada di atas ekspektasi, pergerakan saham-saham sektor ini bisa liar.
Baca juga: Apa Itu Saham Blue Chip?
Nah, kebalikan dari saham cyclical adalah saham defensif. Yakni, saham-saham yang diterbitkan oleh perusahaan produsen bahan pokok.
Namun pertanyaannya, saham mana yang punya kinerja lebih baik?
Sobat Cuan perlu paham bahwa masing-masing saham memilki peran masing-masing dalam meraup cuan. Karena ketika kondisi ekonomi sedang tidak menentu, saham-saham yang masuk dalam kategori defensif layak dikoleksi sebagai penyeimbang sekaligus lindung nilai terhadap kerugian yang timbul saat ekonomi melambat.
Mengapa saham-saham ini bisa bertahan meski sedang mengalami perlambatan ekonomi? Ya, namanya barang pokok, pasti permintaannya akan selalu deras kapan pun. Sehingga, mau ekonomi sedang dalam sulit atau tidak, barang produksinya tetap menjadi buruan.
Hanya saja, memang imbal hasil yang diberikan tidak seagresif saham cyclical. Beberapa contoh saham cyclical adalah seperti Ford, Netflix, Walt Disney dan beberapa bisnis yang sangat tergantung dengan siklus ekonomi lainnya.
Baca juga: Apa Itu Cyclical Stock?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, Barrons
Bagikan artikel ini