Investor zaman now pasti lagi tertarik banget masuk ke ranah aset kripto. Apalagi, kalau bukan cuannya yang fantastis. Ambil contoh Bitcoin. Harganya dari awal tahun hingga menuju titik tertingginya pada April lalu bisa tumbuh 104% hanya dalam empat bulan saja.
Hal ini pun bikin instrumen lain, seperti investasi emas, mulai terpinggirkan. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa investasi emas sudah tidak cocok bagi mereka yang berjiwa muda dan menyukai tantangan.
Padahal, jangan salah Sobat Cuan! Di tengah gempuran investasi viral belakangan ini, ternyata kamu masih memerlukan emas di portofoliomu! Alasannya, apalagi kalau bukan untuk diversifikasi investasi. Nah, manfaat diversifikasi bisa kamu baca di artikel ini, ya!
Seperti yang kita tahu, aset kripto memiliki fluktuasi harga yang bikin deg-degan. Sehingga, kamu perlu mengimbanginya dengan instrumen investasi yang lebih aman untuk menyebar risiko investasimu. Nah, dalam hal ini, pilihan yang tepat jatuh ke tangan emas.
Namun, bukan itu saja, lho, alasan kamu perlu investasi emas. Di bawah ini ada beberapa alasan mengapa kamu harus tetap memegang emas sebagai pilihan aset investasimu. Yuk, simak bersama!
Baca juga: 7 Langkah Optimal untuk Bangun Portofolio Investasi dan Neraca Keuangan
Aset kripto dan jenis investasi lainnya bisa dibilang sebagai jenis investasi baru jika dibandingkan dengan emas. Ya, sebelum mengenal uang kertas sebagai alat tukar, manusia sudah menjadikan emas sebagai alat untuk menyimpan kekayaan.
Praktik tersebut sudah berjalan sejak zaman kuno, lho. Ini lantaran emas memiliki sifat yang tidak dimiliki oleh instrumen lain. Yakni, unsur logam mulia.
Sobat Cuan mungkin belum paham kalau emas adalah salah satu logam yang tidak akan berkarat meski terkena reaksi unsur kimia lainnya. Hal ini menjadikan nilai emas masa kini akan tetap sama di masa depan, bahkan hingga 100 tahun ke depan.
Nah, hal inilah yang bikin emas memiliki nilai intrinsik tersendiri dan baik sebagai alat penyimpan kekayaan. Untuk lebih memahami alasan emas disebut logam mulia, kamu bisa baca artikel ini, ya!
Pada tahun 1998 dan 2008, krisis ekonomi melanda beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Kala itu harga dolar AS sempat jatuh ke titik terendahnya. Namun seakan berada di dunia yang berbeda, harga emas justru meningkat hampir tiga kali lipat!
Pada awal tahun 2008, harga emas berhasil menembus US$1.000 per ons dan terus melanjutkan kenaikannya dengan nilai hampir dua kali lipat di antara tahun 2008 dan 2012. Makanya, tak heran jika emas adalah aset lindung nilai paling mumpuni dari segala situasi yang tak menentu.
Nah, menyambung soal lindung nilai, ternyata emas juga sejak dulu dipercaya memiliki fasilitas lindung nilai terhadap inflasi.
Secara sederhananya, konsep inflasi adalah seperti ini. Sepuluh tahun lalu, Sobat Cuan mungkin bisa menggunakan uang Rp20.000 untuk membeli dua porsi nasi goreng. Namun, 10 tahun kemudian, uang dengan nilai serupa hanya bisa digunakan untuk membeli satu porsi saja.
Dengan kata lain, inflasi adalah kondisi di mana nilai uangmu tergerus dan bikin daya belimu melorot. Nah, untuk melestarikan nilai uangmu saat ini di jangka panjang, makanya kamu perlu menaruhnya di dalam emas. Apalagi, harga emas di jangka panjang juga akan terus menanjak lantaran suplainya terbatas di dunia ini.
Sejauh ini, sudah banyak penelitian yang mengkaji korelasi inflasi dengan emas. Di mana, ketika biaya hidup meningkat, maka harga emas secara otomatis akan naik.
Hal itu terjadi lantaran investor paham bahwa emas adalah cara jitu untuk melindungi kekayaannya dari inflasi. Bahkan jauh sebelum inflasi terjadi, secara perlahan biasanya investor sudah memindahkan aset keuangannya ke emas untuk meminimalisir kerugian di sektor lain.
Untuk lebih lengkapnya, Sobat Cuan bisa baca keterkaitan inflasi dengan emas di artikel ini, ya!
Di tengah kondisi geopolitik yang tidak menentu, beberapa instrumen investasi seperti pasar saham ataupun indeks dolar AS biasanya bakal terkoreksi.
Hal itu terjadi lantaran terjadinya krisis komoditas, yakni sebuah kondisi di mana banyak orang mencari tempat aman ketika dunia sedang tidak baik-baik saja.
Sepanjang kondisi tersebut, harga emas biasanya mengalami kenaikan, seperti yang terjadi pada saat terjadi krisis di Uni Eropa. Dalam beberapa kesempatan, harga emas sempat mencatatkan kenaikan paling tinggi ketika kepercayaan pada pemerintah rendah.
Hal serupa juga terjadi saat pandemi COVID-19 melanda negara-negara seluruh dunia di tahun lalu. Harga emas bahkan mencapai rekor dengan menyentuh US$2.000 per ons akibat investor mencari perlindungan yang aman di kala situasi tak menentu.
Baca juga: Apa sih Pentingnya Membangun Portofolio Saham?
Investasi emas bisa dijadikan sebagai sarana diversifikasi portofolio investasi. Pasalnya, secara historis, emas memilki korelasi negatif dengan saham ataupun instrumen keuangan lainnya. Seperti yang terjadi pada tahun 1970-an, dimana pada masa itu adalah masa yang sangat bagus untuk emas namun buruk untuk saham.
Kemudian pada tahun 1980-an dan 1990-an adalah masanya saham untuk berjaya dan sebaliknya, justru mengerikan untuk emas. Lalu pada tahun 2008, investor saham secara substansial turun lantaran konsumen mulai bermigrasi ke emas.
Disini bisa terlihat bahwa untuk mengurangi volatilitas dan risiko secara keseluruhan, investor bisa mendiversifikasinya dengan membeli emas, saham dan juga obligasi. Hal itu perlu karena emas selalu berhasil mempertahankan nilainya dalam jangka panjang meskipun dapat bergerak fluktuatif secara jangka pendek.
Seperti yang kita tahu, emas adalah barang tambang yang suatu saat akan habis. Makanya, tak heran jika produksi emas selalu menurun antar tahunnya.
Sementara itu, di sisi lain, permintaan emas selalu meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh permintaan dari negara-negara pusat ekonomi baru seperti India dan China yang nampaknya doyan mengimpor emas. Hal ini pun berkaitan dengan budaya masing-masing negara.
Di China, emas batangan dianggap sebagai cara tradisional dalam menabung. Sementara itu di India, emas masih marak digunakan sebagai mahar dan simbol kekayaan. Makanya, tak heran jika permintaan emas global selalu menanjak saat terjadi “musim kawin” di India, yang biasanya berlangsung di Oktober.
Nah, sesuai hukum ekonomi, suplai yang terus mengetat tentu akan mengerek harga emas. Sehingga, emas akan cocok bagimu jika ingin menimbun dan mempertahankan kekayaan hingga tua nanti.
Sehingga, di tengah gempuran investasi viral, kamu ternyata masih perlu memegang emas baik sebagai diversifikasi aset maupun alat untuk melestarikan kekayaan di masa depan. Apalagi, kini emas sudah bisa didapatkan dengan mudah dan murah, terutama di aplikasi Pluang!
Di Pluang, kamu bisa mendapatkan emas digital mulai dari Rp10.000 saja dan tanpa biaya admin sepeser pun! Selain itu, kamu juga bisa menikmati spread transaksi rendah hanya 1,75% saja. Yuk, download aplikasi Pluang di sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini