Pasar saham di Amerika Serikat bersiap untuk memperpanjang relinya, hal itu terlihat setelah Indeks S&P 500 berhasil menembus level resistennya pekan lalu. Bahkan, berhasil mencetak rekor tertingginya di angka 3.939 pada Kamis (11/3) setelah berjibaku dalam sebulan terakhir.
Nilai indeks S&P 500 pun kian meroket setelahnya. Hal ini dibuktikan dengan nilai indeks saham Amerika Serikat tersebut ditutup di 3.974,9 pada Rabu (17/3),
Kini, beberapa analis mulai memprediksi bahwa tren bullish indeks saham Amerika Serikat S&P 500 akan terus belanjut sepanjang tahun ini. Salah satunya, adalah Tom Lee, analis dari Fundstrat, yang memproyeksikan bahwa nilai indeks saham 500 perusahaan saham AS dengan kapitalisasi pasar jumbo ini akan melonjak 10% menjadi 4.300 di bulan Juni ini.
Baca juga: Diprediksi Bullish, Indeks Saham AS dan Bitcoin Pekan Ini Akan Bernasib Manis
Lee mengatakan, dari sisi teknikal, rekor tertinggi S&P 500 yang terjadi pada pekan lalu disebabkan oleh penurunan indeks volatilitas Chicago Board Option Exchange (CBOE). Indeks ini mengukur ekspektasi investor terhadap target nilai indeks S&P 500 dalam jangka 30 hari mendatang.
Semakin tinggi nilai indeks tersebut, maka investor bersiap-siap untuk menerima volatilitas harga yang tinggi di pasar saham Amerika Serikat. Tak heran, jika investor sangat khawatir kalau indeks volatilitas harga CBOE tengah merangkak naik. Sebaliknya, jika indeks itu melandai, artinya volatilitas harga diramal akan mereda dan bikin investor lega — setidaknya untuk 30 hari ke depan.
Pada Kamis (11/3), indeks volatilitas harga CBOE berada di angka 21,86. Namun, sepekan kemudian, indeks tersebut sudah jatuh ke 19,3. Artinya, investor tidak merasa bahwa volatilitas nilai indeks saham Amerika Serikat S&P 500 selama 30 hari mendatang akan kencang.
Penurunan nilai indeks tersebut menambah keyakinan bahwa reli pasar saham yang kuat akan segera terjadi. Untuk itu, Lee memberikan rekomendasi agar investor membeli saham siklikal di sektor energi dan keuangan. Pasalnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di kedua sektor tersebut dipercaya akan mendulang keuntungan dari pembukaan kembali ekonomi (reopening) di Amerika Serikat.
Lee juga mengatakan, tembusnya level resisten pada indeks S&P 500 juga dipicu oleh latar belakang fundamental yang kuat. Sehingga, hal itu akan mampu mendorong nilai pasar saham menjadi lebih tinggi.
Salah satu penggerak fundamental tersebut adalah penanganan pandemi COVID-19 yang lebih cepat dari ekspektasi, yang pada akhirnya mengakselerasi reopening di Amerika Serikat.
Selain reopening, sumber berkah perusahaan-perusahaan S&P 500 di tahun ini juga akan berasal dari meningkatnya kembali daya beli masyarakat. Apalagi, setelah pemerintah AS sudah mengesahkan pemberian paket stimulus sebesar US$1,9 triliun pada pekan lalu.
Salah satu bantuan di dalam paket stimulus tersebut adalah bantuan langsung tunai senilai US$1.400 kepada warga AS. Nah, subsidi itulah yang diharapkan menjadi motor daya beli masyarakat dan memulihkan kembali ekonomi negara adidaya tersebut setelah dihantam pandemi COVID-19.
Bahkan, bukan tidak mungkin nantinya bakal terjadi pent-up demand. Yakni, kondisi di mana masyarakat mulai kembali bergairah untuk konsumsi setelah sebelumnya menahan pengeluaran. Adapun, konsumsi yang tertahan itu sempat mendongkrak beban operasi perusahaan-perusahaan dalam setahun terakhir.
Meski begitu, Lee menambahkan bahwa reli pergerakan indeks S&P 500 yang diprediksi mencapai 10%, atau mungkin bisa lebih tinggi lagi, tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Ia meramal, perdagangan saham Amerika Serikat akan cenderung datar lantaran pergerakan saham masih dalam fase catch their breathe, setidaknya hingga pekan ketiga Maret.
Namun, menilik dari data historisnya, masa konsolidasi S&P 500 memang akan selalu mengarah ke reli nilai saham hingga 10%. Dari bulan Juni hingga Juli serta September hingga November tahun lalu, saham yang ada di dalam Indeks S&P 500 masih menunjukkan grafik datar sebelum akhirnya meningkat 10% setelah berhasil menembus level resisten.
Sebelumnya, perusahaan investment bank Goldman Sachs memprediksi bahwa nilai indeks S&P 500 akan menanjak sebesar 14% secara tahunan (year-on-year) di akhir 2021. Hal ini juga merupakan imbas dari prediksi perbaikan ekonomi AS.
Meski memang pertumbuhannya bakal melambat dari 16% di 2020, namun angka ini masih di atas rerata pertumbuhan indeks S&P 500 sebesar 8% sejak 1930.
Selain itu, Royal Bank of Canada (RBC) Capital juga mengharapkan harga saham indeks S&P 500 naik 8% menjadi 4.100 hingga 2021 lantaran pemulihan ekonomi AS.
Menurut tim analis perusahaan tersebut, benchmark indeks S&P 500 akan capai rekor baru meski ada kemunduran singkat yang mungkin terjadi pada paruh pertama tahun ini. Nilai indeks S&P 500 konon juga akan terus mencari jalan demi mencapai rekor tertinggi pada tahun ini, meski relinya akan sedikit tersendat.
Baca juga: Hadapi IHSG yang Melemah, Ini 4 Pilihan Reksadana Terbaik
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Business Insider
Bagikan artikel ini