Sobat Cuan mungkin sudah familiar dengan drama mengenai kejatuhan nilai LUNA dari sekitar Rp700.000 ke Rp1 saja dalam semalam pada bulan lalu. Mengingat ketakutan investor akan LUNA perlahan surut, Pluang menganggap sekarang saat tepat mengupas kronologi dan hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut. Yuk, simak Pluang Insight berikut!
Sobat Cuan telah mengenal koin LUNA sebagai salah satu idola baru di jagat kripto dalam setahun ke belakang. Betapa tidak, nilai LUNA sukses meroket fantastis 16.510% sepanjang 2021, alias dari sekitar US$0,6 per keping di awal tahun menjadi hampir US$100 per keping 12 bulan kemudian.
Kesuksesan LUNA pun tak lepas dari optimisme komunitas kripto terhadap blockchain Terra, yang merupakan "kediaman asli" token LUNA.
Blockchain Terra adalah sebuah protokol yang memungkinkan penggunanya untuk menciptakan aplikasi terdesentralisasi dengan cepat dan tanpa hambatan berkat kehadiran teknologi yang disebut Mantlemint dan Terra Station. Jaringan ini menggunakan sistem algoritma Proof-of-Stake, di mana pengguna bisa berkesempatan memvalidasi transaksi di dalamnya jika melakukan staking token LUNA.
Di samping itu, popularitas Terra juga mencuat berkat peluncuran stablecoin berbasis algoritma bernama TerraUSD (UST).
Stablecoin ini cukup unik dibanding koin-koin sejenis lainnya.
Pada umumnya, stablecoin mentautkan nilainya terhadap mata uang fiat atau instrumen keuangan setara kas lainnya. Namun, stablecoin berbasis algoritma justru menggantungkan nilai tukarnya terhadap aktivitas on-chain yang memfasilitasi permintaan dan penawaran antara stablecoin itu dan mata uang lain yang mendukungnya.
Seperti stablecoin pada umumnya, UST dirancang untuk punya nilai tukar stabil 1:1. Dengan kata lain, maka nilai US$1 harus terus setara dengan 1 UST.
Jaringan Terra menstabilkan nilai UST dengan menerapkan sistem token ganda antara UST dan LUNA. Artinya, jaringan Terra perlu mencetak (minting) dan membakar (burning) kedua koin tersebut agar nilai UST tetap stabil.
Konsepnya seperti berikut, Sobat Cuan. Jika nilai UST melebihi US$1, maka jaringan akan membakar LUNA untuk mencetak tambahan suplai baru UST. Begitu pun sebaliknya. Jaringan akan membakar UST jika nilainya kurang dari US$1. Makanya, bisa dibilang bahwa token LUNA sangat krusial bagi keberlangsungan UST.
Pendiri Terra Do Kwon berharap, stablecoin ini bisa memiliki fungsi seperti mata uang flat pada umumnya, seperti Dollar AS, Won Korea Selatan, dan Euro, di masa depan.
Baca juga: Pluang Insight: Ethereum Siap Upgrade Jaringan! Apa Dampaknya Bagi Harga ETH?
Masa-masa keemasan LUNA berawal di Oktober 2021, ketika jaringan Terra menginstalasi fitur baru bernama Columbus - 5 Mainnet. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk memindahkan UST ke blockchain dengan lebih cepat dan efisien. Peluncuran ini dibarengi dengan integrasi jaringan Terra dengan blockchain lainnya, salah satunya adalah Cosmos.
Pembaruan ini menimbulkan dampak yang baik bagi performa LUNA. Pasalnya, jika dulu jaringan membakar LUNA lalu dikirim ke komunitas untuk direinvestasikan di aplikasi terbaru mereka, maka upgrade ini memungkinkan jaringan untuk membakar LUNA secara permanen. Imbasnya, suplai LUNA akan menyusut dan nilainya pun meningkat.
Hasilnya, seperti yang bisa ditebak, nilai LUNA pun menuju titik tertingginya di US$49,45 pada Oktober 2021. Seolah masih belum cukup tinggi, nilai LUNA pun melesat lagi ke US$103,33 per keping di awal 2022.
LUNA akhirnya mencetak rekor harga tertingginya sepanjang masa di US$119,18 pada awal April setelah jaringan memborong Bitcoin (BTC) dalam jumlah banyak demi menstabilkan nilai stablecoin UST. Prestasi kinclong LUNA ini pun mengantarnya menjadi satu dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat.
Sayangnya, pembaruan itu, plus aksi borong BTC tersebut, ternyata menjadi buah simalakama bagi harga LUNA sebulan kemudian.
Pada pekan pertama Mei, pelaku pasar dikejutkan oleh runtuhnya nilai LUNA hingga 107,35%. Sialnya, nilai LUNA ternyata malah terus ambles hingga US$0,00001 di pertengahan bulan.
Usut punya usut, turunnya nilai LUNA disebabkan karena masifnya penggunanan LUNA oleh jaringan Terra demi menyelamatkan nilai tukar UST yang terguling dari US$1 ke US$0,29 per keping. Selain itu, pelaku pasar ternyata juga kompak "cuci gudang" LUNA setelah melihat kehancuran UST tersebut.
Nilai UST sendiri ambrol pasca jumlah UST yang dikelola dikelola platform keuangan terdesentralisasi (Decentralized Finance) Anchor susut tajam dari US$14 miliar ke US$8 miliar di awal Mei. Namun, beberapa analis justru berpendapat kejatuhan nilai UST juga makin parah akibat aksi pelaku pasar yang menukar UST dengan stablecoin lainnya.
Kejadian ini membuat Kwon memutar otak untuk membalikkan keadaan dengan burning LUNA lebih banyak. Tapi sayangnya, hal tersebut tidak berhasil. Ia kemudian mencoba melakukan alternatif lainnya untuk mempertahankan ekosistem LUNA di blockchain yang sama, yakni dengan membuat proyek berbeda bernama LUNA versi baru dan mengganti ticker LUNA lama menjadi LUNC dan UST menjadi USTC.
Rencana tersebut kemudian didukung oleh voting yang dilakukan oleh komunitas LUNA. Meski memang, tak sepenuhnya komunitas tersebut menyambut baik rencana Kwon.
Sebagian anggota komunitas LUNA justru malah meminta jaringan Terra untuk terus membakar LUNA lebih banyak lagi demi mendongkrak nilai LUNA via kelangkaan suplai. Namun, Kwon berujar bahwa pembakaran LUNA secara masif merupakan "ide yang tidak baik".
Akhirnya, setelah nilai LUNA terjun bebas, Kwon kemudian menggagas LUNA versi 2 demi menyelamatkan reputasi jaringan Terra.
Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, LUNA v2 (LUNC) terus mengalami fase downtrend dan kemungkinan terus berlanjut hingga ada alternatif lainnya untuk menyelamatkan pasak UST dan membuat komunitas kembali optimistis pada proyek ini.
Berkaca dari peristiwa ini, semua kalangan tentu sepakat bahwa kehancuran LUNA menjadi pukulan telak bagi market dan menjadi sejarah crash terbesar di dunia kripto sepanjang masa. Namun, apa hikmah yang bisa Sobat Cuan ambil dari peristiwa ini?
Berikut adalah pelajaran berharga yang bisa Sobat Cuan petik dari drama di sekitaran LUNA.
Fear of Missing Out (FOMO) menjadi problematik bagi kebanyakan investor dalam memulai investasi aset kripto. Hal ini justru membuatmu akan semakin merana di pasar kripto karena keputusan investasimu jadi tergantung akan aksi orang lain. Padahal, keputusan investasimu harus berasal dari keyakinan atas pilihanmu sendiri.
Agar terhindar dari FOMO, Sobat Cuan tentu harus memahami seluk beluk aset kripto dan memahami lebih dalam terkait teknologi blockchain yang jadi "rumah" koin tersebut. Selain itu, jangan lupa bekali dirimu dengan kabar pasar terbaru agar kamu makin mantap memilih keputusan.
Oleh karenanya, jangan lupa membaca Berita & Analisis dan Akademi yang bisa kamu akses di Aplikasi Pluang. Di sana, kamu akan mendapatkan insight menarik berupa info harian hingga fakta-fakta menarik seputar pasar kripto.
Pasar kripto tidak selamanya akan selalu berada di fase uptrend. Maka, kamu harus punya bantalan kuat agar gugurnya pasar kripto tidak berpengaruh signifikan terhadap portofoliomu.
Dalam hal ini, yang bisa kamu lakukan adalah melakukan diversifikasi portofoliomu. Kalau kamu masih belum paham tentang konsep diversifikasi, Pluang sudah mengupasnya secara tuntas di artikel berikut.
Di Pluang, kamu bahkan bisa diversifikasi aset secara mudah. Sebab, Pluang juga menawarkan aset lain berisiko rendah (low risk), seperti emas dan reksa dana yang bisa kamu miliki hanya dengan tiga kali klik dan mulai dari Rp10.000 saja.
Di samping itu, kamu juga bisa berinvestasi CFD saham AS ketika sedang terjadi market shifting.
Setelah yakin untuk memulai investasi, kamu harus memastikan profil risiko yang kamu miliki. Apakah kamu seseorang yang suka dengan risiko tinggi (Risk Taker) atau cenderung menghindari risiko (Risk Averse)?
Jika kamu adalah Risk Taker, khususnya investasi di aset kripto, maka kamu harus memastikan trading plan kamu dengan mengatur harga Target Profit (TP) dan Stop Loss (SL) kamu. Pasalnya, pergerakan harga di pasar kripto terbilang sangat volatil dan memiliki likuiditas tinggi.
Baca juga: Pluang Insight: Jangan Takut! Simak Cara Melakukan Stop-Loss yang Tepat di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini