Biaya penyerapan atau absorption costing adalah suatu metode untuk menghitung biaya produksi yang dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, seperti mengalokasikan biaya produksi dan membantu mengambil keputusan bisnis. Yuk simak artikel ini untuk lebih jelasnya!
Absorption costing adalah metode akuntansi untuk menghitung biaya produksi secara akurat dan membuat keputusan bisnis yang tepat terkait produksi hingga penetapan harga produk. Metode ini mencakup biaya langsung (bahan baku, upah tenaga kerja, pengiriman atau transportasi) dan biaya tidak langsung (perlengkapan manufaktur, utilitas, listrik, biaya sewa, biaya administrasi atau asuransi).
Umumnya, absorption costing digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk menghitung biaya produksi berdasarkan jumlah bahan baku dan tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk.
Sebagai tambahan informasi, absorption costing dikenal juga dengan biaya penuh karena metode ini ditujukan untuk menghitung seluruh biaya yang digunakan dalam proses pembuatan suatu produk.
Metode ini dapat membantu perusahaan menentukan harga jual produk secara tepat dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi ke dalam harga jual. Selain itu, perusahaan juga dapat menghitung laba yang diharapkan dari penjualan produk.
Melalui metode ini, perusahaan dapat memonitor biaya produksi dan menentukan biaya produksi apa yang bisa dikurangi atau dimaksimalkan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
Metode ini dapat membantu perusahaan menganalisis biaya produksi dan performa produksi sekaligus. Hal ini penting agar anggaran biaya produksi sesuai harapan dan produksi efisien.
Metode ini juga dapat membantu perusahaan mengukur produktivitas dengan cara membandingkan rasio biaya produksi atas jumlah produk yang dibuat dan meminimalisir biaya produksi.
Baca Juga: Mengenal Komponen Utang Negara Indonesia
Cara menghitung absorption costing dapat dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
Tahap pertama adalah merincikan biaya secara berkelompok. Perincian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jenis biaya berdasarkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead manufaktur, berikut penjelasannya:
Setelah biaya tersebut teridentifikasi, perusahaan perlu membuat total biaya untuk tiap kelompok agar memudahkan proses alokasi biaya produksi.
Tahap kedua adalah menentukan penggunaan untuk setiap biaya seperti mengidentifikasi biaya langsung dan tidak langsung terkait produksi. Selain itu, perusahaan juga dapat menetapkan jumlah penggunaan biaya dan aktivitas selama produksi berlangsung seperti total waktu yang diperlukan pegawai atau peralatan dalam menjalankan operasional produksi.
Tahap ketiga atau terakhir adalah menghitung alokasi biaya dengan rumus sebagai berikut:
Sebuah perusahaan memproduksi 3.000 botol minuman dalam 1 bulan. Namun dari jumlah tersebut, hanya 2.500 botol terjual dalam bulan yang sama dan sisanya berada di persediaan.
Setiap botol minuman memerlukan biaya total pengeluaran untuk bahan baku dan pegawai sebanyak Rp8.000. Sementara itu, biaya overhead tetap fasilitas produksi dan operasional sebesar Rp6.000.000 per bulan.
Untuk menentukan biaya overhead tetap setiap botol, kamu dapat membagi biaya overhead tetap dengan jumlah botol yang diproduksi pada bulan tersebut. Berikut perhitungannya:
Rp6.000.000 : 3.000 botol = Rp2.000 per botol
Setelah mengetahui biaya overhead tetap setiap botol, kamu bisa menambahkan biaya bahan baku serta pegawai untuk menetapkan jumlah absorption costing.
Adapun cara menghitung absorption costing adalah sebagai berikut.
Rp2.000 + Rp8.000 = Rp10.000.
Maka, total absorption costing penjualan botol minuman sebesar Rp10.000.
Untuk menentukan total harga pokok penjualan, kamu tinggal mengalikan hasil absorption costing tersebut dengan jumlah botol yang terjual.
Jadi, 2.500 botol x Rp10.000 = Rp25.000.000.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, melalui absorption costing perusahaan dapat menghitung setiap biaya yang berkaitan dengan proses produksi. Berikut beberapa kelebihan dari metode absorption costing, yakni:
Sementara itu, kekurangan metode ini adalah sulit mengalokasikan biaya overhead karena biaya tersebut dapat bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tidak bisa mewakilkan biaya sebenarnya dari proses produksi. Berikut beberapa kekurangan dari metode absorption costing yang dapat dipertimbangkan:
Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Accurate, Crewdible, Hashmicro
Bagikan artikel ini