Biaya variabel adalah biaya esensial bagi kelangsungan bisnis suatu usaha. Ketahui konsep biaya variabel dan cara menghitungnya di sini!
Biaya variabel adalah pengeluaran dunia usaha yang angkanya berubah-ubah sesuai dengan keadaan produksi atau penjualan perusahaan. Dengan demikian, biaya ini memiliki nilai yang fluktuatif dan tidak bernilai sama antar waktu.
Sebagai contoh, semakin tinggi produksi dunia usaha maka biaya variabelnya pun akan meningkat. Begitu pun sebaliknya. Biaya itu akan berkurang jika perusahaan memutuskan mengerem produksinya.
Bagi perusahaan, komponen biaya variabel adalah faktor utama dalam menentukan margin keuntungan. Dengan mengendalikan biaya variabel, maka perusahaan bisa mencapai kondisi impas (break-even point) atau menyentuh target laba yang diinginkan.
Baca juga: Mengenal Konsep Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia
Salah satu contoh biaya variabel pertama adalah biaya bahan baku produksi, yang mencakup semua aspek mulai dari karakteristik barang hingga proses pengemasan.
Seperti namanya, biaya bahan baku ini akan berfluktuasi sesuai dengan jumlah produksi yang diinginkan oleh perusahaan dalam periode tertentu.
Contoh biaya variabel lainnya adalah upah tenaga kerja langsung, yakni imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
Perlu dicatat bahwa upah tenaga kerja langsung memiliki perbedaan dengan gaji. Pasalnya, upah dibayar berdasarkan jumlah unit produk yang diproduksi atau produktivitas, bukan dalam bentuk bulanan.
Selanjutnya, contoh biaya variabel yang perlu diperhatikan adalah pengeluaran yang terkait dengan mengantarkan produk ke distributor maupun konsumen akhir.
Biaya-biaya ini mencakup pengeluaran untuk bensin, upah pengemudi, dan jasa ekspekdisi. Dalam hal ini, biaya distribusi produk seperti ini dikenal sebagai biaya variabel karena besarnya tergantung pada jumlah produk yang didistribusikan.
Untuk mencapai atau bahkan melebihi target penjualan, beberapa perusahaan menerapkan sistem komisi atau bonus penjualan kepada karyawan divisi pemasarannya.
Dalam sistem ini, perusahaan akan memberikan komisi bagi mereka yang berhasil menjual produk dengan jumlah yang signifikan. Adapun besaran komisi akan bergantung pada tingkat keberhasilan mereka.
Dengan menganggapnya sebagai biaya variabel, perusahaan dapat mengamati secara cermat dan mengontrol sejauh mana efektivitas strategi pemasaran yang diterapkan.
Jenis biaya yang terakhir adalah biaya overhead, yakni komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan namun tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
Meski penting bagi operasional perusahaan, biaya ini sejatinya tidak perlu dijabarkan secara rinci dalam laporan keuangan yang dibagikan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).
Baca Juga: Akuntansi Akrual
Dunia akuntansi mengenal rumus sederhana yang bisa digunakan untuk menghitung biaya variabel. Seperti apa bentuknya?
Variable Cost (VC) = (Total Cost (TC) - Fixed Cost (FC)) / Quantity
Keterangan:
Contoh:
Pada April 2023, Bayu mengeluarkan dana sebesar Rp50 juta untuk keperluan produksi. Dalam hal ini, tagihan tetapnya mencapai Rp5 juta.
Adapun jumlah unit barang yang berhasil diproduksi oleh Bayu pada bulan tersebut mencapai 2.500 unit. Dari jumlah tersebut, biaya yang dapat dikategorikan sebagai variabel dapat dihitung sebagai berikut:
Variable Cost Bayu April 2021
Variable Cost (VC) = (Rp5.000,0.00 - Rp5.000.000) / 2.500
Variable Cost (VC) = Rp45.000.000 / 2.500
Variable Cost (VC) = Rp18.000
Jadi, pada bulan April 2023 biaya variabel Bayu sebesar Rp18.000/unit produk.
Ada beberapa perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel yang dapat dilihat dari beberapa segi, di antaranya yaitu:
Biaya tetap merupakan pengeluaran yang sifatnya tidak terjadi setiap hari. Perusahaan mengeluarkan biaya ini dalam jangka bulanan, tahunan, atau bahkan hanya terjadi beberapa kali dalam satu tahun.
Sementara itu, biaya variabel adalah pengeluaran yang terjadi dalam rentang waktu yang lebih pendek, bisa seminggu sekali atau bahkan setiap hari.
Selanjutnya, perbedaan antara keduanya terletak pada nominal pembayarannya.
Biaya tetap biasanya memiliki nominal yang jauh lebih besar daripada biaya variabel. Meski perusahaan tidak menghasilkan keuntungan sama sekali, angka biaya tetap tetap tidak berubah.
Sebaliknya, biaya variabel memiliki nominal yang lebih kecil daripada biaya tetap. Meski nominalnya kecil, biaya variabel dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan.
Dalam kaitannya dengan produksi, biaya tetap tidak terkait secara langsung dengan proses produksi barang. Sehingga, jika produksi mengalami pengurangan, biaya tetap tidak akan berubah.
Di sisi lain, biaya variabel sangat terkait dengan proses produksi perusahaan.
Dalam pencatatan akuntansi, beberapa perusahaan seringkali membuat laporan biaya variabel tersendiri, terutama yang bergerak di bidang manufaktur. Laporan biaya variabel dapat dikeluarkan secara reguler, seperti setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan, sesuai dengan alur keluar-masuk produk.
Begitu juga sebaliknya. Pelaporan biaya tetap dilakukan dengan intensitas yang lebih jarang, mungkin bisa jadi hanya per bulan, tahun, atau bahkan hanya setahun sekali.
Terakhir, perbedaan terletak pada penentuan harga.
Meski jumlahnya besar, biaya tetap jarang digunakan sebagai dasar penentuan harga produk. Biasanya, jumlah total biaya tetap digunakan sebagai titik acuan untuk biaya perusahaan saat tidak ada aktivitas bisnis.
Sementara itu, biaya variabel menjadi salah satu dasar penentuan harga barang.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: investopedia, ocbcnisp
Bagikan artikel ini