Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Relative Strength Index (RSI)
shareIcon

Relative Strength Index (RSI)

12765  dilihat·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Relative Strength Index (RSI)

Relative Strength Index (RSI) merupakan salah satu indikator analisis teknikal yang bisanya digunakan trader dalam mengukur besarnya volatilitas harga sebuah aset. Indikator ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah aset tersebut terbilang dalam posisi jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold).

RSI ditampilkan sebagai osilator (grafik yang bergerak di antara dua titik ekstrem) dengan nilai berada di antara 0 hingga 100. Indikator ini awalnya dikembangkan oleh J. Welles Wilder Jr. dan diperkenalkan dalam bukunya di tahun 1978, New Concepts in Technical Trading Systems.

Indikator ini banyak digunakan oleh trader dan ahli analisis teknikal, karena RSI mengukur perubahan pada harga aset dalam periode 14 (14 hari untuk grafik harian, 14 jam untuk grafik per jam, dst).

Rumus RSI adalah pembagian peningkatan harga rata-rata dengan kerugian rata-rata, dan hasilnya lalu ditempatkan dalam sebuah pengukuran dengan skala 0 sampai 100.

Indikator yang Bantu Tentukan Kapan Membeli atau Menjual Aset

Asal dari indikator RSI ini adalah pendapat Wilder yang meyakini bahwa sekuritas dikatakan termasuk kelebihan minat beli apabila mencapai nilai 70. Artinya, spekulator harus mempertimbangkan untuk menjual aset ketika indikatornya berada di nilai yang dimaksud. Sebaliknya, pada kondisi kelebihan minat jual pada nilai 30, spekulator perlu mempertimbangkan untuk membeli aset.

Bahkan, dalam beberapa kesempatan, nilainya bisa berupa 80 dan 20. Angka ini tergantung pada kondisi pasarnya, apakah sedang bullish (pasar naik) ataukah sedang bearish (pasar jatuh).

Kendati pengaturan dasar untuk RSI adalah periode 14, trader dapat memilih untuk memodifikasinya demi meningkatkan sensitivitas periode yang lebih pendek atau menurunkan sensitivitas periode yang lebih panjang. Dalam beberapa kasus, RSI berperiode 7 hari cenderung lebih sensitif terhadap pergerakan harga dibandingkan dengan periode 21 hari.

Selain itu, RSI adalah indikator yang sangat berguna bagi para trader jika ia dibaca bersamaan dengan indikator analisis teknikal lainnya. Biasanya, indikator RSI ini kerap dipasangkan dengan Moving Average Convergence Divergence (MACD).

Baca juga: Lagi Coba Main Saham? Ini 7 Indikator untuk Pahami Analisis Teknikal!

Formula RSI

RSI adalah indikator yang dihitung dengan perhitungan dua bagian grafik. Rumusnya berikut ini:

RSI awal = 100 – [100 / 1 + Rata-rata keuntungan/Rata-rata kerugian]

Rata-rata keuntungan atau kerugian yang digunakan dalam penghitungan adalah persentase keuntungan atau kerugian rata-rata selama periode kilas balik (dua titik yang dipilih oleh trader untuk dibandingkan, bisa selama 7 hari, bisa selama 14 hari, dst).

Standarnya, formula diaplikasikan dalam periode 14 untuk menilai RSI awal.

Sebagai contoh, bayangkan jika harga sebuah aset ditutup menguat selama tujuh dari 14 hari terakhir, di mana rerata nilai cuannya adalah 1%. Sementara, harga aset tersebut selama tujuh hari sisanya ternyata ditutup melemah dengan rata-rata kerugian mencapai 0,8%. Maka perhitungan RSI akan seperti berikut:

55.55 = 100 – [100 / 1 + (1%/14)/(-0,8%/14)]

Setelah data periode 14 tersedia sebagaimana penghitungan formula di atas, maka kita lanjut menghitung RSI langkah kedua untuk lebih memperhalus hasil penghitungan, sebagai berikut:

RSI bagian kedua = 100 – 1 + (rata-rata keuntungan sebelumnya x 13) + keuntungan terkini / -((rata-rata kerugian sebelumnya x 13) + kerugian terkini)

Perhitungan RSI

Dengan rumus di atas, RSI dapat dihitung dan kemudian dapat diterjemahkan menjadi sebuah garis yang dapat diplot di bawah grafik harga aset.

RSI akan naik jika jumlah dan ukuran dari penutupan pasar yang positif meningkat. Sementara, RSI akan melemah jika peningkatan jumlah dan ukuran kerugiannya juga membesar.

Jika trader atau investor melakukan penghitungan hingga dengan RSI bagian kedua, maka hasil yang diperoleh pun akan semakin subtil, sehingga RSI akan mendekati 100 atau 0 di pasar yang tergolong sangat trending.

Berikut adalah contoh grafik RSI

Sumber: Investopedia

Indikator RSI dapat bertahan di wilayah overbought untuk waktu lama, sementara saham berada dalam tren naik. Di sisi lain, indikator juga mungkin dapat tetap berada di wilayah oversold untuk waktu yang lama saat saham berada dalam tren turun.

Membaca tren utama saham atau aset merupakan aktivitas penting untuk memastikan pembacaan indikator RSI dipahami dengan benar. Seorang pengamat analisis teknikal pasar terkenal, Constance Brown, CMT menyatakan bahwa trader atau investor perlu lebih hati-hati dalam memahami angka persentase dalam RSI.

Menurutnya, tren naik (uptrend) yang menandakan oversold boleh jadi berada di persentase lebih tinggi dari 30%. Sementara, tren turun (downtrend) boleh jadi lebih rendah dari 70% dan menandakan overbought.

Banyak investor akan menerapkan garis tren horizontal antara level 30% dan 70%. Dan ini diterapkan untuk melihat kapan baiknya melakukan pembelian atau penjualan aset.

Baca juga: Bursa Saham Sedang Terkoreksi, Kenali Pola Investasi Saham dengan Cara Ini

Keterbatasan dari RSI

RSI adalah indikator yang membandingkan momentum harga bullish dan bearish dan menampilkan hasilnya dalam osilator yang dapat ditempatkan di bawah grafik harga.

Seperti halnya kebanyakan indikator teknis, sinyal RSI paling dapat diandalkan ketika disesuaikan dengan tren jangka panjang dari pergerakan harga aset.

Sinyal pembalikan (reversal signal), bagaimanapun, relatif jarang terjadi. Meski demikian, ini menjadikan penghitungan dengan RSI cenderung sulit memberi informasi persis. Yakni, terkait kapan trader atau investor dihadapkan pada sekadar sinyal-sinyal palsu (false alarm). Yang artinya, mereka dapat saja melakukan pembelian atau penjualan aset pada waktu yang tidak tepat lantaran kurang rigidnya penghitungan RSI. Jika kasus ini terjadi, artinya investor/trader perlu menerapkan formula penghitungan RSI bagian kedua (seperti dicontohkan di atas).

Karena indikator menampilkan momentum, indikator RSI adalah indikator yang juga dapat tetap menampilkan fase overbought atau oversold dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, RSI terbilang paling berguna diterapkan dalam pasar yang berosilasi. Yakni, ketika pasar menghadapi gelombang pergerakan harga yang signifikan. Alias sangat dinamis, di mana harga aset berganti-ganti antara pergerakan bullish dan bearish.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Dewi Kharisma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Startup

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1