Ciri-Ciri Pasar Persaingan Monopolistik
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, ciri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut:
1. Memiliki jumlah produsen yang sangat banyak
Seperti pada pasar persaingan sempurna, pasar monopolistik memiliki jumlah produsen yang sangat banyak. Karena banyaknya produsen, maka tiap-tiap produsen memiliki pangsa pasar (market share) yang cenderung kecil.
Hal ini membuat produsen memiliki kekuatan yang terbatas untuk menentukan harga mereka lantaran harga yang berada di pasar saat ini adalah harga rata-rata dari produk dari produsen lain.
Selain itu, karena banyaknya produsen dalam pasar monopolisitik, maka praktik kolusi (beberapa produsen melakukan kesepakatan untuk menaikan harga pasar) akan sulit dilakukan karena sulitnya koordinasi antar produsen.
Baca juga: 5 Kebiasaan Ini Mampu Tingkatkan Kualitas Hidup Kita
2. Adanya Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk adalah ketika produsen menghasilkan produk yang sedikit berbeda, namun serupa dengan produk pesaingnya.
Sebagai contoh; Adidas, Nike, Skechers, Fila, dan Puma sama-sama memproduksi sepatu olahraga, namun tiap produk memiliki ciri khas tersendiri.
Dalam pasar persaingan monopolistik, ketika harga dari salah satu produsen naik sedangkan harga produk dari produsen lain konstan, maka permintaan produk tersebut akan turun. Sebab, konsumen akan dengan mudah mencari produk substitusi dari produk tersebut.
Contoh: Ketika Adidas menaikan harga sepatu larinya, namun Nike, Skechers, Fila, dan Puma tidak, maka konsumer akan beralih untuk membeli produk substitusinya.
Diferensiasi produk sendiri dapat dilakukan dari segi karakteristik produk maupun dari segi kualitas produk.
3. Masing-Masing Produsen Bersaing dari Segi Kualitas, Harga, serta Cara Pemasaran Produk Mereka
Karena produk yang ada pada pasar monopolistik cenderung serupa, maka produsen akan bersaing dari segi kualitas, harga, serta cara pemasaran produk mereka masing-masing.
Produsen akan berlomba-lomba memperbaiki kualitas produknya seperti melalui desain produk yang menarik maupun layanan yang diberikan kepada konsumen.
Dari kualitas produk tersebut, produsen dapat mengatur harga produknya. Ketika produk yang diproduksi memiliki kualitas yang tinggi, maka produsen dapat memberikan harga yang tinggi pada produk tersebut.
Namun, produsen harus meyakinkan konsumen bahwa produk mereka adalah produk dengan harga yang tinggi tersebut juga berkualitas mumpuni.
Oleh sebab itu, untuk meyakinkan konsumen, produsen harus melakukan trik pemasaran yang tepat seperti membuat kemasan yang lebih mewah. Contohnya dengan memberikan insentif seperti bonus produk lain, ataupun melalui iklan-iklan yang menyatakan bahwa produk mereka lebih baik dibandingkan produk lain yang serupa.
Baca juga: Apa Itu Standar Hidup Layak?
4. Produsen Bebas Keluar Masuk ke Dalam Pasar
Sama seperti pasar persaingan sempurna, pelaku pasar monopolistik juga bebas masuk dan keluar pasar.
Bebas masuk dan keluar pasar yang dimaksud adalah tidak ada halangan bagi produsen baru yang ingin menjual produk mereka dalam pasar atau produsen lama yang ingin keluar dari pasar.
Baca juga: Masih Banyak Diminati, Emas Peringkat Satu Investasi Terbaik di Tahun 2020
Kelebihan dan Kekurangan Pasar Persaingan Monopolistik
Keuntungan
- Jumlah produsen dalam pasar cukup banyak. Sehingga, konsumen memiliki banyak alternatif produk. Jika produk yang biasa dibeli konsumen tidak tersedia, konsumen dapat dengan mudah memilih produk serupa dari produsen yang berbeda. Selain itu, konsumen dapat menentukan pilihan produk sesuai dengan utilitynya (kepuasannya).
- Produsen dapat bebas keluar dan masuk pasar karena tidak ada hambatan yang berarti (tidak ada barriers to entry).
- Banyak inovasi yang dapat dilakukan, mulai dari proses produksi atau mengembangkan cara baru untuk menarik konsumen.
Kekurangan
- Banyaknya produsen dalam pasar membuat persaingan yang ketat. Dalam pasar monopolistik, beberapa perusahaan besar akan memiliki pangsa pasar yang dominan (bisa mencapai 30-40%), kemudian sisanya dipegang oleh banyak perusahaan-perusahaan kecil. Contoh: Pangsa pasar air mineral kemasan di Indonesia didominasi oleh Aqua (hampir 90% pada tahun 2008), kemudian 10% sisanya dipegang oleh perusahaan lainnya.
- Karena produsen harus selalu mengembangkan inovasi agar dapat bersaing, akan muncul biaya inovasi yang akhirnya akan dibebankan kepada konsumen melalui harga produk.
- Besarnya biaya persaingan yang harus dikeluarkan seperti iklan dan insentif. Terkadang beberapa iklan justru tidak tepat sasaran sehingga menghabiskan biaya yang cukup besar. Biaya insentif seperti bonus produk lain juga akan menimbulkan biaya tambahan.
Baca juga: Lindungi Konsumen, Bappebti Terbitkan Aturan Investasi Aset Kripto
Contoh Pasar Persaingan Monopolistik
Monopolistic Competition banyak kita temui pada kehidupan sehari-hari, seperti sampo, sabun, televisi, sepatu, air mineral, dan lain-lain.
Pada pasar air mineral, ada banyak produsen yang memproduksi air mineral seperti Aqua, VIT, Le Minerale, Prima, atau Nestle.
Masing-masing produsen memiliki ciri khas tersendiri seperti kemasan, kualitas, atau ukuran yang membedakan produknya dengan produk saingan.
Contoh lain untuk sepatu olahraga, Reebok, Adidas, Fila, dan Nike sama-sama memproduksi sepatu olahraga, namun masing-masing merek memiliki desain, keunikan, serta keunggulan yang berbeda-beda. Konsumen pada akhirnya akan memilih produk sesuai dengan preferensinya.