Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

51% Attack
shareIcon

51% Attack

1143  dilihat·Waktu baca: 3 menit
shareIcon
51% Attack

51% Attack, atau serangan 51%, adalah istilah lazim di dunia aset kripto. Istilah ini merujuk pada “serangan” di jaringan blockchain, biasanya Bitcoin, yang dilakukan oleh sekelompok penambang yang menguasai lebih dari 50% kekuatan komputasi di teknologi blockchain.

Di dalam aksi ini, penyerang memanfaatkan kekuatannya untuk menahan transaksi baru untuk dicatatkan di dalam jaringan blockchain. Mereka juga bisa mengembalikan transaksi yang sudah selesai, untuk kemudian dicatat kembali di jaringan blockchain. Kondisi ini umum disebut sebagai double-spend.

Meski demikian, 51% Attack ini tidak akan menghancurkan Bitcoin atau pun aset kripto berbasis blockchain lainnya. Meski memang, dampaknya bisa merusak jaringan tersebut.

Baca juga: Apa Itu Proof of Work?

51% Attack Adalah Kejadian di Sistem Blockchain

Transaksi Bitcoin dan aset kripto lainnya tercatat di atas jaringan blockchain. Yakni, sebuah buku besar yang berisi kumpulan daftar transaksi bitcoin yang terdesentralisasi dan dapat diakses secara publik. Alhasil, tidak ada satu transaksi pun yang bisa tercatat dua kali karena semua orang bisa mengaudit sistem tersebut.

Di dalam sistem blockchain, sebuah blok transaksi yang dibuat tidak akan bisa diganti lantaran algoritma blockchain akan langsung menolak tindakan tersebut. Meski demikian, jika mayoritas sistem komputasi dikuasai segelintir pihak penambang, maka aksi tersebut akan bisa dilakukan.

Lantas, mengapa sih, para penambang bekerja sama melakukan serangan ini?

Seperti yang kita tahu, sistem blockchain menggunakan algoritma yang disebut proof-of-work. Yakni, sistem di mana mayoritas perangkat yang tersambung ke dalam sistem tersebut harus menyepakati sebuah transaksi atau penambangan blok Bitcoin baru agar kedua aktivitas tersebut bisa dijalankan.

Nah, bayangkan jika mayoritas pengguna jaringan tersebut menolak untuk memverifikasi penambangan blok Bitcoin baru. Hasilnya, seorang penambang tidak bisa mendulang keping-keping raja aset kripto tersebut.

Tujuan mereka menghentikan penambangan baru tersebut agar mereka bisa memonopoli aktivitas penambangan Bitcoin. Sehingga, mereka bisa mendapatkan imbal hasil jasa penambangan Bitcoin, atau disebut block rewards, bagi diri mereka sendiri.

Baca juga: Mau Nambang Bitcoin? Simak Modal dan Biaya yang Perlu Kamu Keluarkan!

Motif 51% Attack Adalah Imbal Hasil Penambangan

Saat ini, setiap penambang diberikan “upah” 12,5 Bitcoin jika berhasil menambang blok baru. Hanya saja, imbal hasil tersebut akan berkurang setengah setiap empat tahun sekali, atau akrab disebut dengan halving. Sehingga, nantinya imbal hasil mereka akan menurun mendekati nol di tahun-tahun mendatang. Hal ini kadang adalah motif penambang melakukan 51% Attack.

Setelah menghalangi seseorang untuk menambang blok baru Bitcoin, mereka kemudian akan melaksanakan transaksi Bitcoin untuk dicatat di sistem blockchain. Namun, mereka bisa saja mengembalikan transaksi tersebut dan mencatatnya lagi di sistem tersebut karena kini jaringan blockchain yang dimaksud sudah dikuasai oleh para “penyerang”. Hasilnya, mereka bisa tercatat memiliki Bitcoin seolah-olah dua kali lipat dari apa yang mereka dapat.

Namun, mengubah catatan sistem blockchain adalah hal yang sukar, meski menggunakan sistem 51% Attack. Semakin jauh catatan transaksi Bitcoin yang akan diubah, maka semakin sulit juga para “penyerang” melakukan hal tersebut.

Di sisi lain, sejatinya 51% Attack juga bisa dilakukan hanya dengan kurang dari 50% jumlah penambang yang ada. Hanya saja, tingkat kesuksesannya cukup rendah.

Apakah 51% Attack Pernah Terjadi?

Jawabannya adalah pernah. Pada Agustus 2016, Krypton dan Shift, dua blockchain yang didasarkan atas Ethereum, mengalami 51% Attack.

Hal serupa terjadi pada Mei 2018, di mana Bitcoin Gold, yang saat itu adalah aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ke-26 di dunia, juga mengalami hal serupa. Kala itu, aktor antagonisnya adalah mereka yang menguasai kekuatan komputasi Bitcoin Gold. Mereka berhasil melakukan double spend selama beberapa hari dan akhirnya berhasil mencuri Bitcoin Gold sebesar US$18 juta.

Baca juga: Apa Itu Blockchain dan Cryptocurrency?

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Penulis di pluang menulis blog untuk masalah umum.

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Credit Union (Koperasi)

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1